17 Siebzehn

905 104 17
                                    

[ No one 17 and under admitted ]

•••




















Wooseok memberikan banyak waktu bagi Hyungjun untuk bisa menenangkan diri. Membiarkan situasinya menghangat dalam diam, tanpa ada kata yang keluar dan tanpa ada perbuatan yang dilakukan.

Mereka hanya saling menatap, mengeluarkan perasaan dalam pandangan, dan menunjukkan kasih sayang dalam senyuman.

"Apa sakit?"

Ragu, Hyungjun membuka suara. Khawatir dan tidak yakin dengan apa yang akan dia lakukan. Wooseok masih memandangnya dengan senyum redup yang tidak berubah sedikitpun. Hyungjun memberanikan diri untuk mengangkat tangan. Menyibak pelan poni rambut yang menutupi dahi Wooseok untuk bisa melihat luka lainnya.

"Pasti sakit."

Senyum tipis terukir di bibir Wooseok. Sebelah tangannya mengusap lembut pipi Hyungjun. Meyakinkan anak itu bahwa rasa sakit karena luka fisik itu tidak jadi masalah besar. Tetap saja bagi Hyungjun, sekecil apapun luka itu, pasti akan terasa sakit.

"Mau melakukan sesuatu?"

Wooseok mengalihkan perhatian Hyungjun yang tertuju pada mata kanannya yang memerah dan bermasalah. Anak itu jelas khawatir, tapi ekspresinya terlihat kesal dengan dahi yang mengkerut dan bibir melengkung kebawah.

"Sayang?"

Kedua telapak tangan Wooseok membingkai wajah manis si kecil. Meniupnya pelan, membuat Hyungjun berkedip lucu beberapa kali dan berhenti menatap khawatir goresan luka di wajahnya.

Hyungjun mengingat pertanyaan Wooseok sebelumnya. "Sesuatu seperti apa?"

"Eum... Yang menyenangkan?"

Jawaban Wooseok lebih terdengar seperti pertanyaan dan membuat Hyungjun memiringkan kepala bingung.

Wooseok tersenyum maklum, mendekatkan wajah untuk memberikan kecupan di dahi Hyungjun lama. Juga berfikir tentang jalan mana yang akan dia lewati malam ini.

Menjadi kasar akan selalu menggiurkan. Sisi gelap dalam dirinya benar-benar memberi gambaran menarik tentang cara mendapat kepuasan. Menghancurkan tubuh lemah anak dibawahnya dengan hentakan keras tak beradab berulang kali hingga mereka terbakar gairah dan hancur melebur bersama.

Tawaran yang terlalu sulit untuk ditolak.

Namun, sampai kapanpun itu, Wooseok bukanlah iblis bagi Hyungjun. Meskipun dia sedikit mirip iblis bagi Minhee, tapi Wooseok tidak akan berbuat kasar dengan menghancurkan Hyungjun hanya demi sebuah kepuasan.

Lagipula, gairah akan selalu menyenangkan saat dilakukan pelan-pelan. Nikmati setiap detiknya dengan cumbuan basah memabukkan. Rasakan sensasi terbakar diantara lumatan lembut menghancurkan.

Hyungjun tersentak saat Wooseok menuntun tubuhnya merunduk dan duduk diatas perutnya dengan sangat hati-hati. Awalnya dia sedikit khawatir, namun Wooseok melenyapkan batas keraguan Hyungjun dengan ciuman lembut penuh kasih sayang.

Bibir keduannya bertemu. Bergerak dengan caranya masing-masing. Hyungjun lebih banyak menikmati dan Wooseok lebih banyak mendominasi dengan jilatan memabukkan dan hisapan penuh penekanan.

Bibir dingin itu bergerak menelusuri garis rahang Hyungjun. Dingin yang menyengat saraf kesadaran seolah sentuhan itu berasal dari mahluk tak berdarah yang berbahaya. Sentuhan yang membuatnya berharap agar seseorang mengatakan apa yang sedang dia rasakan tentang sebuah perasaan baru yang membuat anak itu penasaran.

EINSERZ | CatLemWhere stories live. Discover now