[2]

13.2K 1.7K 39
                                    

Aku menutup buku dongeng yang baru saja selesai ku baca begitu menyadari Aera sudah tertidur.

Kedua sudut bibirku terangkat melihat Aera tersenyum dalam tidurnya. Apa yang membuat gadis ini begitu menggemaskan?

Aku mengelus rambutnya lantas menarik sebuah selimut hingga sebatas dada gadis kecil itu.

Waktu berlalu begitu cepat, membuatku sendiri tidak percaya bahwa aku sudah bekerja selama hampir sebulan di rumah ini.

Tadi sore Cho Seungyoun mengirim sebuah pesan kepadaku, menyuruhku untuk menunggunya hingga pria itu pulang, tidak ingin membiarkan Aera sendirian di tempat ini. Ayolah. Tanpa pria itu suruh pun aku akan dengan senang hati menemani Aera hingga ayahnya benar-benar pulang.

Lagipula bagaimana bisa aku tega meninggalkan Aera sendirian di rumah ini?

Sudah pukul 10 malam.

Aku beranjak menuju ruang tengah, memutuskan untuk menyalakan tv dan menonton beberapa acara disana sebagai pelampiasan kebosananku.

Salah satu kebiasaan burukku jika sudah terlalu larut dengan tontonanku. Aku akan berbicara sendiri, mengeluarkan beberapa omelan kecil ketika skenario film yang ku tonton tidak sesuai dengan harapanku.

Aku tersentak kaget begitu mendengar seseorang kini menggedor pintu rumah Cho Seungyoun dengan tidak sabaran.

Aku meneguk ludahku, memberanikan diri untuk melihat siapa pengganggu itu.

Itu Cho Seungyoun. Pria itu bahkan hampir saja terjatuh jika aku tidak menahan tubuhnya begitu pintu tersebut terbuka.

"Om" aku menepuk pipi pria itu, bermaksud untuk menyadarkannya.

Kurasa pria itu sedang mabuk.

Seungyoun kemudian mendongkak, menatapku dengan sebuah senyuman "Aera mana?" tanyanya seraya berusaha menegapkan tubuhnya, melangkahkan kakinya kearah ruang tengah.

Pria itu hampir terjatuh. Lagi. Jika aku tidak kembali menahan tubuhnya.

Aku berusaha untuk memopong tubuh Cho Seungyoun, menuntunnya kearah sofa yang ada di ruang tengah.

"Om gpp?" pria itu menggeleng pelan setelah ia berhasil duduk, mengulurkan sebelah tangannya untuk memijat pelipisnya.

"Hanya sedikit pusing" timpalnya, kembali tersenyum kearahku.

Baiklah. Pria itu memang pulang dengan keadaan mabuk, namun kurasa ia tidak mabuk seberat itu.

Aku segera beranjak ke dapur, mengambil segelas air, dan menyerahkannya kepada Cho Seungyoun.

Pria itu kemudian menghela nafasnya kasar, membuatnya menghempaskan kepalanya ke belakang seraya menutupi wajahnya dengan tangannya. 

Ini pasti sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya, terbukti dari betapa frustasinya Cho Seungyoun saat ini.

"Om yakin gpp? Mau aku bikinin teh gak? Atau mau aku beliin obat?" perkataanku mampu membuat Seungyoun melirikku di balik setengah wajahnya yang tertutup oleh tangannya sendiri.

Pria itu kembali menegakkan tubuhnya, menepuk pelan pipinya, beralih menatapku "Udah malam. Kamu saya antar yah?" timpalnya lantas bangkit berdiri.

Sekali lagi, Cho Seungyoun hampir terjatuh, membuatku kembali menahan tubuhnya, membantunya untuk kembali duduk di sofa.

"Aku bisa pulang sendiri om"

"Om istirahat aja" lanjutku seraya tersenyum.

Cho Seungyoun ikut tersenyum kepadaku, mendekat kearahku lantas memeluk tubuhku yang sedang berdiri di depannya, memeluk perutku begitu erat.

babysitter | cho seugyounWhere stories live. Discover now