[10]

9.2K 1.4K 26
                                    

Aku menghapus air mata yang sedari tadi membasahi pipiku, membuat sopir taksi yang mengantarku pulang hanya bisa menatapku iba dari kaca spionnya, karena sepanjang perjalanan aku benar-benar tidak berhenti menangis.

Aku merasa sangat bodoh dengan semua ini.

Aku tidak mempermasalahkan perasaanku, namun aku mempersalahkan bagaimana aku terlalu terbuai dengan semua yang pria itu lakukan padaku, dan aku menyesalinya. Itu membuatku terlihat sangat lemah.

Aku turun dari dalam taksi yang ku tumpangi begitu taksi tersebut berhenti di depan rumahku.

Keningku mengkerut, sedikit bingung dengan rumahku yang sepertinya sedang kedatangan tamu, karena ada beberapa mobil yang terparkir di depan halaman rumahku. Tidak seperti biasanya.

Aku segera masuk ke dalam, dan coba tebak apa yang aku dapat?

Aku mendapati ayahku sedang berjudi di ruang tengah bersama beberapa temannya, dengan beberapa botol alkohol kosong yang bertebaran di bawah kaki mereka.

Aku mendengus kesal, memutuskan untuk tidak begitu mempedulikan mereka dan segera masuk ke dalam kamarku.

Namun keadaan kamarku benar-benar membuatku terkejut.

Kamarku sangat berantakan, bagaikan kapal pecah. Bukan karena aku tidak membersihkannya, namun kurasa seseorang telah membongkar semua isi kamarku.

Sebuah peringatan kemudian terbesit di benakku, membuatku membuka lemariku dan mencari keberadaan buku tabungan dan juga kartu atmku.

Tidak ada.

Aku tidak bisa menemukan itu.

Sial. Aku yakin ini perbuatan pria tua brengsek itu.

"Ayah!" aku keluar dari dalam kamarku dengan meninggalkan suara bantingan pintu.

"Ayah yang ngebongkar kamar aku kan?"

"Buku tabungan (y/n) ayah kemanakan?" pria itu mengernyit setelah aku menghampirinya, tidak peduli dengan beberapa temannya yang kini menatapku aneh.

"Biar ayah yang simpan" 

"Anak kecil kayak kamu mana bisa pegang uang sebanyak itu" timpalnya seraya tersenyum miring.

Ayahku kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda "Lagian kamu dapat uang darimana sih?"

"Kamu ngelacur yah?" dan perkataan itu mampu membuatku menendang meja judi ayahku begitu saja.

Iya. Aku bahkan hampir menjual tubuhku sendiri, dan semua ini aku lakukan karena pria brengsek yang sayangnya adalah ayahku, yang tidak pernah peduli dengan kehidupan putrinya, dan hanya mementingkan dirinya sendiri. 

Aku sangat yakin setengah dari uang tabunganku habis untuk acara berjudinya hari ini.

Maafkan aku, tapi aku sangat membenci ayahku.

"Itu uang (y/n) ayah!" dan satu tamparan mendarat dengan keras di pipiku.

"Uang kamu uang ayah juga!" pria itu terlihat sangat emosi, terbukti dari wajahnya yang mulai memerah, tengah menahan amarahnya.

"Kenapa? Keberatan?"

"Kamu kalau mau tinggal disini kamu harus ikutin aturan ayah" lanjut pria itu, membuatku mengepalkan tanganku, berusaha untuk menahan diri.

Mengikuti aturan pria itu? Yang benar saja.

"Tidak, terima kasih" aku beranjak masuk ke dalam kamarku, bergegas memasukkan beberapa pakaian dan beberapa barang yang ku perlukan ke dalam sebuah ransel besar tanpa berpikir panjang, menuntaskan niatanku yang sudah lama terpikirkan sejak dulu, pergi dari rumah ini.

Lagipula tidak ada gunanya aku berlama-lama disini bukan? Aku tidak ingin semua jerih payahku di lahap habis oleh pria brengsek itu.

Ayahku tersenyum miring melihatku yang keluar dari dalam kamarku dengan membawa tas ransel di punggungku. Aku melihat meja judi itu bahkan sudah kembali seperti semula.

"Paling balik lagi" pria itu mengabaikanku, berucap seperti itu kepada beberapa temannya, dan itu membuat mereka mendengus geli.

Sekali lagi. Tidak, terima kasih. Aku tidak akan pernah kembali ke tempat ini. Satu yang membuatku merasa kasihan kepada ibuku. Apa yang membuat wanita itu sangat menyayangi ayahku? Sekalipun ibuku harus menerima semua perlakuan buruk ayahku hingga akhir hidupnya? 

Aku meninggalkan rumahku, berjalan seraya menatap layar handphoneku yang berdering, menampakkan nama Cho Seungyoun yang tertera disana. Sebenarnya semenjak aku meninggalkan tempat kediamannya, pria itu tidak berhenti untuk menghubungiku.

Sekarang apa yang pria itu inginkan dariku?

Aku mengabaikan panggilan telepon itu tentu saja, dan lebih memilih untuk duduk di halte bus yang tidak jauh dari rumahku, hendak memikirkan kemana arah tujuanku. Ayolah. Aku hanya membawa beberapa lembar uang di dompetku. Aku tidak yakin apakah uang itu cukup untuk menyewa sebuah penginapan untukku.

Sekali lagi handphoneku berdering, namun kali ini bukan Cho Seungyoun.

Itu salah satu temanku.

"(y/n)!"

"Gue minta tolong boleh gak?"

"Kenapa??"

"Gue barusan dapat tawaran kerja, tapi gue gak bisa"

"Terus apa hubungannya dengan gue?"

"Lo bisa gantiin gue?? Bayarannya gede banget soalnya. Rugi kalau gak gue terima"

"Entar gue bagi dua dengan lo" timpalnya dengan nada memohon.

Aku mengerti dengan maksud perkataan gadis itu. Iya. Dia salah satu temanku yang bahkan menawarkan sebuah pekerjaan yang membuatku nyaris merelakan tubuhku saat itu.

Lagipula siapa yang tidak tergiur dengan bayaran yang begitu tinggi disaat kau benar-benar membutuhkan uang?

"Hari ini?"

"Pesannya besok sih"

"Tapi justru besok gue gak bisa"

Aku terdiam, memikirkan tawaran temanku.

Pertama. Aku tidak mungkin bekerja di rumah Cho Seungyoun lagi, karena kurasa semuanya benar-benar berakhir hari ini. 

Kedua. Untuk saat ini aku sangat membutuhkan uang. Sebenarnya uang tabunganku sudah cukup membiayai hidupku setidaknya untuk satu tahun ke depan, dan juga untuk biaya perkuliahanku untuk beberapa semester, namun ayahku dengan gampangnya menghabiskan semuanya itu. Aku tidak punya pilihan.

Ketiga. Aku tidak punya tujuan lagi. Aku tidak mungkin kembali ke rumah terkutuk itu bukan? Aku lebih memilih untuk masuk ke dalam jurang maut dibandingkan harus menghabiskan sisa hidupku bersama seorang pria brengsek seperti ayahku.

Maafkan aku, tapi aku harus melakukan ini. Sekali lagi.

"Oke"

"Tapi izinin gue tinggal di kosan lo untuk beberapa hari"

"Gampang"

Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan hari ini, namun kurasa hari ini adalah salah satu hari terburukku.

:)

babysitter | cho seugyounWhere stories live. Discover now