[15]

10.3K 1.5K 49
                                    

(y/n) baru saja selesai menyiapkan makan malam untuk dirinya, untuk Aera, dan juga untuk Cho Seungyoun yang katanya sedang dalam perjalanan pulang.

Iya. Cho Seungyoun benar-benar berhasil memaksa (y/n) untuk tinggal disini- kembali ke pekerjaannya yang sebelumnya dan memutuskan untuk berhenti bekerja bersama Lee Jinhyuk.

Terkadang gadis itu berpikir, ternyata dunia tidak sepenuhnya begitu kejam padanya, mengingat betapa banyak orang yang peduli, dan yang selalu bersedia membantunya.

Begitulah dunia. Semua ada sisi positif dan negatifnya. Karena tidak selamanya kalian akan menerima sisi positifnya saja. Suatu saat sisi negatif itu datang, namun percayalah semua kejadian negatif itu tidak akan melebihi kemampuanmu.

Cho Seungyoun baru saja datang dengan mengendap-ngendap memasuki dapur, menyuruh putrinya yang sedang duduk di kursi untuk tidak membuka mulut, berniat mengejutkan (y/n) yang sedang membelakanginya.

Aera tersenyum geli, melihat ayahnya yang sedang menempelkan jari telunjuknya di bibir, membuat gadis kecil itu mengangguk antusias dan mengikuti apa yang ayahnya lakukan.

"Apa? Mau ngagetin kan?" (y/n) membalikkan tubuhnya dengan cepat, membuat Cho Seungyoun sedikit terkejut dan gagal melancarkan aksinya.

"Di kira aku gak dengar suara pintu ketutup apa" timpal gadis itu seraya tersenyum geli.

Seungyoun mengerucutkan bibirnya "Gak seru" lantas mengambil tempat duduk di sebelah Aera.

"Ayo makan bunda! Aera udah lapar" celetuk Aera seraya memainkan sendok dan garpunya.

(y/n) tidak tahu bagaimana asal usul gadis kecil itu memanggilnya bunda. Sebuah panggilan yang sebenarnya terdengar sangat aneh di telinganya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, (y/n) mulai terbiasa dengan panggilan itu.

Acara makan malam itu pun berlangsung, ditemani dengan beberapa candaan dan juga pembicaraan mengenai apakah hari mereka berjalan dengan baik hari ini.

Kedua mata Cho Seungyoun kemudian beralih memperhatikan gadisnya yang begitu lahap menyantap makan malamnya, bergantian menatap Aera yang juga dengan lahap menikmati makanannya.

Sebuah senyuman terukir di wajah pria itu "Berasa punya 2 anak kecil" gumamnya.

(y/n) yang masih mendengar itu kini mengernyit heran "Hah?"

Sebelah tangan Seungyoun kini terulur "Kamu cepat besar yah- biar aku gak kelamaan nunggu" lanjut pria itu seraya mengelus pucuk kepala (y/n).

"Kalo gak mau nunggu tinggal nyari yang baru aja kan bisa"

"Gak ah"

"Udah pw sama yang ini" pria itu kini tersenyum manis, membuat (y/n) yang melihat itu tidak mampu menahan wajahnya agar tidak memerah.

Iya. (y/n) mengakui itu. Mengakui bahwa dirinya terlalu lemah dengan semua perkataan dan perlakuan Cho Seungyoun kepadanya.

Melihat reaksi gadisnya membuat Seungyoun terkekeh. Pria itu kemudian bangkit dari duduknya, mengambil piring kotornya dan juga piring kotor Aera, dan membawanya ke westafel.

"Aera mau ayah mandiin?" Seungyoun membawa Aera dalam gendongannya, menawarkan diri untuk membantu putrinya membersihkan dirinya sebelum tidur.

Aera mengangguk lantas memeluk leher ayahnya.

"Kamu juga mau aku mandiin gak?" pertanyaan itu kini terlontar untuk (y/n). Sebuah pertanyaan yang mampu membuat (y/n) memukul Cho Seungyoun.

Dan pria itu kembali terkekeh, meninggalkan (y/n) di ruang makan dengan membawa Aera bersamanya.

Dasar mesum.

Gadis itu kemudian bangkit berdiri, membersihkan meja makan dan membawa beberapa piring kotor yang tertinggal ke westafel.

(y/n) meraih handphonenya yang baru saja bergetar begitu ia selesai mencuci tumpukan piring kotor itu.

Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal.

Kening gadis itu kemudian mengkerut, sedikit tidak percaya dengan kata demi kata yang tertera di pesan itu.

Sebuah pesan yang seketika membuat hatinya menjerit kesakitan.

Kedua kaki (y/n) kemudian membawanya masuk ke dalam kamar Aera, berniat memberitahu Cho Seungyoun mengenai pesan yang baru saja gadis itu terima.

Kali ini giliran Seungyoyn yang mengkerutkan keningnya, mendapati (y/n) yang baru saja masuk dengan air mata yang kini menemaninya.

Gadis itu mulai terisak.

"Kamu kenapa?"

"Bunda kenapa?" 

Aera dan Seungyoun bahkan melayangkan pertanyaan yang sama dalam waktu yang bersamaan, membuat (y/n) semakin terisak di depan pintu kamar Aera.

Sebelah tangan gadis itu kemudian terulur, memamerkan handphonenya kepada Cho Seungyoun yang kini berusaha untuk meraih handphone itu.

Pria itu beralih menatap (y/n) begitu ia selesai membaca pesan itu.

"Beneran? Ini nomor siapa?"

(y/n) menggeleng "Gak tahu" dan tangis gadis itu semakin pecah, membuat Cho Seungyoun langsung membawa gadisnya ke dalam pelukannya.

"Bunda kenapa nangis huaaaaaah" sementara itu Aera yang bahkan masih mengenakan pakaian dalamnya kini berlari kearah (y/n) dan Seungyoun yang masih berdiri di depan pintu, mengingat Seungyoun belum sempat selesai memakaikan baju untuk putrinya.

Aera memeluk kaki (y/n) sambil menangis disana.

(y/n) kan?

Saya teman ayah kamu.

Ayah kamu ketahuan terlibat kasus penyelundupan narkoba, dan karena ketakutan, ayah kamu bunuh diri tadi pagi.

Saya turut berduka cita.

:)

babysitter | cho seugyounWhere stories live. Discover now