[9]

10K 1.5K 162
                                    

(y/n) baru saja keluar dari dalam kamar Aera begitu ia berhasil menidurkan gadis kecil itu. Hari pertama bersekolah membuat Aera benar-benar kelelahan, mengingat bagaimana antusiasnya gadis kecil itu bermain bersama teman-teman barunya.

(y/n) melangkahkan kakinya kearah dapur, berniat untuk menyeduh secangkir teh sebagai teman yang menemaninya menunggu kepulangan sang pemilik rumah.

Gadis itu mengaduk secangkir teh hangatnya dengan pikiran yang gelisah, tidak berhenti memikirkan semua kejadian yang terjadi pagi tadi. Ini yang (y/n) benci jika gadis itu tidak memiliki kegiatan sama sekali, membuatnya kembali memikirkan apapun yang menganggu pikirannya. (y/n) harus menyibukkan dirinya atau bahkan membuat dirinya kelelahan agar gadis itu tidak memikirkan semua yang mengacaukan pikirannya.

Seharusnya gadis itu tidak pernah kalah dengan perasaannya sendiri. Sebuah perasaan yang membuatnya terlihat seperti gadis yang bodoh.

Iya. Memang gadis yang bodoh.

(y/n) hampir saya menumpahkan tehnya, tersentak kaget begitu mendengar seseorang baru saja datang dan membuka pintu depan dengan kasar, meninggalkan sebuah dentuman keras begitu pintu itu tertutup.

Gadis itu beranjak mendekati ruang tengah, memastikan apakah sang pemilik rumah sudah kembali, mengingat sebagian lampu di ruang tengah telah di matikan, dan membuatnya sedikit gelap disana.

Benar. Itu Cho Seungyoun, dan pria itu tidak sendiri.

(y/n) memutuskan untuk kembali ke tempat semulanya, duduk di kursi, dan kembali menikmati secangkir tehnya, berusaha untuk tidak mempedulikan pikirannya yang semakin menggila memikirkan apa yang kali ini pria itu lakukan.

Kali ini Cho Seungyoun membawa wanita yang berbeda dengan wanita yang tidur di kamar pria itu tadi pagi.

(y/n) menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sesak yang menyerang dirinya. Suara desahan yang terdengar dari ruang tengah itu benar-benar membuatnya sakit. Membuat dirinya merasa sangat di permainkan. Karena tidak serharusnya gadis itu menaruh perasaanya begitu dalam untuk seorang Cho Seungyoun.

Haruskah gadis itu pulang sekarang?

(y/n) bangkit dari duduknya, mengepalkan kedua tangannya agar menahan dirinya untuk tidak berteriak, karena kali ini wanita itu bahkan menyerukan nama Cho Seungyoun dengan desahan menjijikkan yang menemaninya. 

Apakah pria itu selalu melakukan itu sekalipun putrinya ada di rumah ini? Aera memang sudah tertidur, namun tidak seharusnya Seungyoun bermain bersama wanita bayarannya di tempat ini.

Bagaimana jika Aera terbangun, dan mendapati ayahnya sedang bercumbu dengan seorang wanita asing yang berbeda tiap harinya?

(y/n) mendengar suara dentuman pintu lainnya, membuat gadis itu berpikir bahwa Cho Seungyoun dan wanitanya memutuskan untuk melanjutkan aktivitas mereka di dalam kamar.

Gadis itu kemudian mengambil tasnya yang ia simpan di dalam kamar Aera, memutuskan untuk pulang sebelum rasa sakit itu menyerangnya lebih dalam lagi.

Hingga seseorang memencet bel rumah ini, membuat (y/n) mengurungkan niatnya untuk keluar, dan mungkin akan
menerima tamu itu terlebih dahulu sebelum ia pulang.

Bel itu kembali terdengar.

"Jangan dibuka!"

Lagi-lagi itu Cho Seungyoun. Pria itu keluar dari dalam kamarnya seraya mengenakan bajunya, bersama dengan sebuah handphone yang pria itu letakkan di telinganya. 

"Bukain bunda pintu ihh!"

(y/n) menaikkan sebelah alisnya begitu mendengar percakapan Seungyoun bersama ibunya di telepon.

"Bentar bunda"

"Seungyoun baru selesai mandi" pria itu terlihat gelisah, membuatnya kembali masuk ke dalam kamarnya setelah ia berhasil memutuskan panggilan teleponnya.

Sekali lagi bel itu kembali terdengar.

"Bunda aku ada di depan. Kamu keluar lewat pintu dapur aja yah?" Cho Seungyoun kembali dengan menarik tangan wanitanya keluar dari dalam kamarnya.

"Setelah ini aku boleh kembali lagi gak?" wanita itu membuka suaranya seraya memperbaiki tataan pakaiannya, melayangkan tatapannya sekilas kearah (y/n), terlihat tidak begitu mempedulikan kehadiran (y/n) yang masih berdiri di dekat pintu depan dengan kening yang mengkerut.

"Entar aku kabarin" Seungyoun berhasil mengantar wanita itu keluar lewat pintu dapur, membuat pria itu pada akhirnya bernafas lega begitu wanitanya benar-benar pergi.

"Aku pikir kamu udah pulang tadi" Cho Seungyoun beranjak mendekati (y/n).

"Aku baru aja mau pulang om" gadis itu menundukkan kepalanya, menepis tangan Seungyoun yang kini berusaha untuk menyentuh pucuk kepalanya.

"Jangan pulang dulu"

"Bunda ada di depan loh" dan pria itu kemudian beralih membukakan pintu untuk ibunya yang sudah menunggunya sedari tadi.

"Kenapa lama sekali sih?" timpal ibu Seungyoun begitu wanita itu berhasil masuk ke dalam rumah ini.

"Lagian bunda ngapain coba malam-malam ke rumah aku?" timpal Seungyoun tidak mau kalah.

"Bunda bosen di rumah tau! Bunda mau nginap disini aja" balas wanita itu, beralih melayangkan tatapannya kearah (y/n) yang masih terdiam di tempatnya.

Seketika raut wajah wanita itu berubah "Kamu apain (y/n)!" membuatnya melayangkan pukulan bertubi-tubi pada bahu putranya, seakan mengetahui alasan kenapa gadis itu terdiam.

"Ini kenapa Seungyoun di pukulin!"

"Kamu habis macam-macamin dia yah? Makanya kamu buka pintunya lama? Cho Seungyoun! Dia itu masih 18 tahun! Jangan di macam-macamin dulu!"

Sebuab perkataan yang mampu membuat Cho Seungyoun tertawa keras. Namun tidak dengan (y/n). Gadis itu kembali menggigit bibirnya, tidak suka dengan semua kepalsuan yang gadis itu sedang perankan.

"Suka-suka aku dong bun"

"Lagian (y/n) pacar Seungyoun juga" timpal pria itu, membuat ibunya semakin melancarkan aksinya untuk memukuli putranya.

Omong kosong macam apa itu.

"Kamu beneran mau pulang sekarang?" Seungyoun kini beralih menatap (y/n), mengerutkan keningnya begitu mendapati wajah gadis itu terlihat begitu murung.

"Gak mau nginap aja? Sekalian nemenin bunda?" pria itu kemudian mengulurkan tangannya, hendak mengelus rambut gadis di depannya, namun (y/n) dengan cepat menepisnya.

"Aku capek om"

"Jangan kayak gini terus" kedua mata itu menatap kedua mata Seungyoun dengan sedih. Gadis itu kemudian beranjak keluar dari rumah ini, meninggalkan Seungyoun dan juga ibunya yang sedang menatap kepergian gadis itu dengan tanda tanya.

"(y/n)!" gadis itu mempercepat langkahnya, berterima kasih kepada taksi yang kebetulan melintas di depan rumah Cho Seungyoun.

"Kamu kenapa?" pria itu berhasil menahan tangan (y/n) sebelum gadis itu masuk ke dalam taksi yang di panggilnya.

Kenapa? Pria itu bahkan masih mempertanyakan kenapa? 

"Om gak capek?"

"Karena aku capek berpura-pura kayak gini" lanjut (y/n) kembali menepis cengkraman Cho Seungyoun pada pergelangan tangannya.

Gadis itu segera masuk ke dalam taksi tersebut, langsung beranjak pergi, dan sekali lagi meninggalkan Cho Seungyoun yang menatap kepergian gadis itu.

"(y/n) kenapa bang?" itu ibu Seungyoun, datang menghampiri putranya yang kini tengah mengendikkan bahunya.

Apakah aku melakukan sebuah kesalahan?

"Aku gak tahu bun"

:)

babysitter | cho seugyounWhere stories live. Discover now