L I M A

723 54 11
                                    

Happy Reading!!

Typo bertebaran!!
_____________________________________________________
_____

"Lo ngapain di kamar gue?"

"Galih! Kamu udah pulang?" Lidya tersenyum sumringah ketika sang pemilik kamar datang gadis itu langsung memeluk Galih,

"Lepas!" Galih melepaskan pelukan itu dengan paksa.

"Kamu kenapa sih?"

"Lo yang kenapa, siapa yg izinin lo masuk kesini?"

"Bibi, lagian kenapa sih? Aku kan tunangan kamu! Aku berhak lah masuk ke kamar tunangan aku sendiri."

"Tapi gue yang punya kamar ini! Dan gue berhak larang siapapun yang masuk kesini."

"Gal, tapi—"

"Keluar!"

"Kamu—"

"Gue bilang keluar Lidya!"

"Ih kamu kok ngusir!" Ucap Lidya tidak terima.

"Ck!" Dengan kesal Galih menarik kasar tangan Lidya lalu di bawa keluar kamar setelah itu Galih menutup pintunya dan di kunci.

DOR

DOR

DOR

"GALIH! BUKAIN PINTUNYA!"

"BERISIK!" Galih balas berteriak.

Di luar sana Lidya mendengus kesal, kemudian menendang pintu Galih demgan kaki nya.

"Awas aja, gue bakal bilang papa!" Setelah itu dia menuruni tangga.

Sedangkan didalam kamar Galih langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur, menghadapi gadis manja itu sebentar saja sudah membuat kepalanya hampir meledak.

*****

Sudah jam 9 malam dan Galih baru saja bangun dari tidurnya, lelaki itu memilih mandi agar badannya terasa segar.

Setelah mandi Galih keluar kamar, lalu turun menuju meja makan.

Saat di meja makan sialnya dia bertemu dengan orang yang sangat dia hindari.

"Galih, duduk kamu." Itu perintah mutlak.

Dengan setengah hati Galih pun duduk di meja makan. Pasti ayah nya akan membahas tentang insiden dia mengusir Lidya

"Kamu apain Lidya? Dia nangis dan itu penyebab nya kamu." Bener kan? Dasar tukang ngadu.

"Dia ngadu apa sama papa?" Tanya Galih malas.

"Kamu ngusir dia."

"Iya, aku emang ngusir dia."

"Kenapa Galih? Papa sudah bilang supaya kamu jaga dia, baik-baik sama dia, dan turuti kemauan nya. Kamu itu tunangannya."

"Dia bukan tunangan Galih!" Suara Galih meninggi. "Dan aku juga gak sudi di atur-atur sama Papa."

"Tapi ini semua demi kebahagiaan kamu juga! Lagi pula Lidya baik dia sama seperti kita, tidak seperti pacar mu yang miskin dan anak seorang koruptor itu." Perkataan itu membuat rahang Galih mengeras dia tidak suka jika Alana di rendahkan seperti ini.

"Cukup! Papa gak ada hak buat merendahkan Alana seperti itu."

"Oh ya? Sepenting apa sih gadis itu di mata kamu?" Tanya Ginanjar terdengar seperti meledek.

"Penting! Dia sangat penting di hidup Galih. Papa jangan macam-macam! Alana gak terlibat di dalam masalah ini. Ini semua kemauan Galih."

"Tinggalkan dia. Atau Papa akan bilang semua nya sama gadis itu." Kata Ginanjar.

"Gak! Aku gak mau tinggalin Alana!"

"Oke, papa akan bilang bahwa kamu yang sudah—"

"Papa lagi ngancam aku?"

"Gimana kalo Mama tau Papa diam-diam menikah sama Tante Wanda?" Balas Galih dengan tatapan benci. Dia sudah muak.

Ginanjar jelas terkejut dengan kalimat yang baru saja di lontarkan oleh putranya.

"Kamu—"

"Kenapa? Papa kaget aku tau rahasia papa?" Galih tersenyum sinis.

"Papa gak bisa bayangin kan? Gimana kalo penyakit Mama kambuh ketika tau kalo Suami tercintanya menikah sama sahabat nya sendiri?"

"Jangan main-main dengan Papa Galih." Ginanjar berujar tajam.

Tapi Galih tidak menghiraukan nya, lelaki itu malah berbalik menuju kamar nya.

******

TBC

HAI? APA KABAR?

Sedikit dlu ya nanti aku usahain chapter depan bakal lumayan panjang.

Jangan lupa Vote!

ALANA(On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang