T U J U H

678 56 7
                                    

Happy Reading!!!

Typo bertebaran!!
____________________________________________________
____

Kehilangan itu memang sangat terasa nyata, Alana masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Ayahnya sudah meninggal.

Rasanyaa baru kemarin dia di ajarkan naik sepeda mengelilingi taman.

Rasanya juga baru kemarin Alana memeluk ayahnya dan menumpahkan semua keluh kesahnya.

Alana juga tidak ingin terpuruk seperti ini, dia juga ingin ikhlas atas kehilangan ini. Namun, semua nya begitu berat untuk di jalani. Alana tidak tahu apakah dia bisa melanjutkan kehidupan seperti biasanya.

Saat ini Alana sedang mengurung diri di kamar nya. Duduk termangu dengan pandangan kosong yang menatap dinding yang cat nya sudah memudar. Pakaian masih sama seperti tadi pagi. Alana juga tidak perduli dengan Galih yang terus saja memanggilnya untuk keluar dari kamar.

Semuanya terjadi begitu tiba-tiba.

Selang seminggu di pertemuan terakhirnya dengan sang ayah, dan seminggu kemudian dia mendengar kabar bahwa ayahnya dinyatakan tewas bunuh diri.

Begitu mengenaskan. Alana tidak tahu apa yang membuat Ayahnya melakukan hal nekat seperti itu. Tapi setelah pemakaman selesai pihak kepolisian memberi nya sebuah surat untuk nya. Katanya pemberian sang Ayah.

Alana belum membaca surat itu. Alana juga tidak sanggup untuk pergi ke peristirahatan terakhir sang ayah.

"Maafin aku Ayah," Alana kembali terisak dengan suara yang bergetar.

*******

Keesokkan harinya, Alana mendapati Galih yang sedang tidur di ruang tamu dengan beralaskan karpet.

"Galih," panggil Alana membangunkan Galih.

"Eungh," Galih melenguh namun tak kunjung membuka matanya.

"Galih bangun, udah pagi. Kamu harus kesekolah." Setelah itu Galih membuka matanya perlahan.

"Udah pagi?" Tanya Galih dengan suara serak khas bangun tidur nya.

Alana mengangguk. "Kamu harus sekolah."

Tapi Galih menggeleng. "Gue mau temenin Lo aja."

"Tapi Galih—"

"Sssst gausah bawel. Hari ini gue temenin Lo." Alana menghela nafasnya.

"Terserah kamu." Galih tersenyum senang. Kemudian bangun dari tidur nya.

"Kalo gitu, gue mau mandi. Terus kita pergi beli makan."

"Aku gak laper."

"Gue laper."

"Yaudah kalo gitu kamu—"

"Lo harus ikut gue makan." Sela Galih.

"Tapi aku gak—"

"Sayangnya gue gak menerima penolakan." Setelah itu Galih menghilang menuju kamar mandi.

*****

Saat ini keduanya tengah duduk disebuah warung tenda yang menjual bubur ayam.
Tempatnya begitu sederhana, hanya sebuah tenda dan bangku-bangku kecil di sepanjang trotoar jalan. Alana dan Galih memilih duduk dilesehan ditemani segelas air teh tawar hangat dan semangkuk bubur ayam tidak lupa dengan sate usus.

"Dimakan. Jangan di liatin doang, itu bubur gak akan abis kalo lo liatin doang." Kata Galih yang mulai menyuap buburnya kedalam mulut. Rasanya masih sama seperti dulu-dulu selalu enak.

"Aku gak laper gal,"

"Ck, dari kemarin lo itu gak makan. Gimana ceritanya bisa gak laper." Galih menggeser mangkuk buburnya dan menarik mangkuk bubur Alana, kemudian menyuapi gadis itu.

"Buka mulut nya."

"Gak—"

"Buka mulut nya," titah Galih. Mau tidak mau Alana membuka mulutnya dan menerima suapannya. Kegiatan itu terus berlanjut sampai bubur keduanya habis.

"Gak laper tapi abis." Nyinyir Galih,

"Ayo pulang,"

"Gal"

"Apa?"

"Aku mau ke makam Ayah." Galih menengok ke arah Alana yang berada tepat di sampingnya.

"Serius? Jangan di paksain. Nanti kalo pingsan gue yang repot."

"Serius gal, kemarin aku gak dateng pas Ayah di makamkan."

Galih menghela nafasnya pelan kemudian mengangguk mengiyakan permintaan gadisnya itu. Bukan. Bukan Galih melarang. Hanya saja Galih tidak bisa melihat gadis itu menangis dan semakin  terpuruk atas kepergian sang Ayah.

*****

TBC!

Pendekatan dulu ya part nya

Sampai ketemu di part selanjutnya!!

ALANA(On going)Where stories live. Discover now