L I M A B E L A S

541 47 1
                                    

Happy Reading!

Typo bertebaran dimana-mana!

Jangan lupa untuk VOTMENT

_________________________________________________
____

"Kamu kenapa Mas?"

"Aku—Aku gak sengaja, aku khilaf."

"Gimana kalo mbak Nita tahu kalo kamu nonjok Galih? Aku gak habis pikir sama kamu mas. Apasih yang ada di kepala mu itu? sampai tega pukul Galih. Sakit hati aku mas lihat kamu kasar kayak gitu sama Galih." Kata Wanda dengan air mata yang sudah membasahi wajah nya. Dia memang bukan ibu kandung Galih tapi sayang nya sudah seperti anak kandung sendiri.

"Aku minta maaf." Ginanjar menunduk.

"Minta maaf sama anak kamu. Bukan sama aku." Wanda memalingkan wajahnya enggan melihat Ginanjar.

******

Setelah berpelukan cukup lama akhirnya Galih melepaskan pelukannya. kemudian menangkup wajah Alana. menatap mata gadisnya.

"Galih.."

"Makasih ya?"

"Untuk apa?"

"Untuk jadi orang pertama yang aku cari ketika aku sedih,"

Alana tersenyum kemudian kedua tangannya ikut menangkup wajah Galih.

"Sama-sama kapanpun itu aku selalu ada buat kamu. Jadi jangan merasa sendiri ya? kamu punya aku."

Lelaki itu mengangguk lucu membuat Alana gemas.

"Pipi kamu kenapa memar gini? berantem sama siapa?"

"Papa." Alana cukup tahu setelah Galih mengucapkan itu. dia tidak bertanya lagi tapi gadis itu mengusap pipi Galih yang memar.

"Sakit ya?"

"Enggak, ini gak sebanding sama sakit yang disini." Lelaki itu membawa tangan Alana menuju dada nya.

tanpa bicara Alana kembali membawa tubuh besar itu kedalam pelukannya. Galih ini tubuh nya saja yang besar tpi hati nya sensitif seperti bayi.

"Capek,"

"Capek sebentar gapapa, kamu perlu istirahat sebentar." Alana mengusap lembut kepala Galih yang bersembunyi di ceruk lehernya.

Galih melepaskan pelukannya. "Boleh istirahat disini?" Alana melotot lalu memukul bahu Galih.

"Gak boleh lah! apa kata tetangga nanti?"

"Perduli amat sama tetangga" jawab Galih sinis.

"Udah ah, mending kamu pulang sana."

"Ngusir ceritanya?"

"Ini udah malem Galih."

"Yaudah aku nginep disini ajalah kalo gitu." Galih pun masuk kedalam kontrakan Alana, tapi sebelum sampai ruang tamu dia didorong oleh gadis itu.

"Kamu ngeyel ya? Udah sana pulang. Pulang kerumah loh ya. Bukan ke apartemen." Peringat Alana.

"Aku mau pulang ke Apartemen aja."

"Galih... selesaikan masalah kamu sama papa dulu."

"Kamu gak akan ngerti Al, Papa keras kepala aku capek."

"Iya aku tau, apapun masalah nya dia itu tetep orang tua kamu. Jadi harus damai gak baik marahan tau."

"Iya-iya bawel!" Kata Galih sambil menarik hidung Alana."

"Galih!" Yang di panggil hanya tertawa.

"Kamu lucu kalo lagi ngomel aku nya jadi gemes." Alana tersenyum mendengarnya dia senang. Setidaknya lelaki itu bisa melupakan sejenak masalah nya.

"Yaudah sana pulang."

"Obatin dulu dong," Alana menghela nafas.

"Yaudah tunggu disini ya." Setelahnya Alana masuk dan mengambil kotak obat.

"Duduk." titah Alana. Galih menurut keduanya duduk di ruang tamu.

"Pelan-pelan." Kata Galih ketika Alana menekan lukanya.

"Ini juga pelan kok."

"Aduh! Sakit Al.." Galih menahan tangan Alana kemudian menatap wajah gadis itu. sedangkan yang di tatap berusaha untuk tidak gugup.

"Kamu cantik." Bisik Galih didepan wajahnya membuat kedua pipi Alana memerah.

"HAHAHAHAHA"

"Kamu ya!"

PLAK

"Sakit Al..." Galih meringis sambil mengusap bahu nya yang lagi-lagi kena sasaran untuk di pukul.

"Kamu kalo salting serem ya,"

"Galih!"

Lelaki itu tetap tertawa sambil mengusap bahu nya. Serius deh Alana itu kecil tapi tenaganya kuat.

"Udah sana pulang."

"Iya-iya ini juga mau pulang." Galih berdiri menuju pintu diikuti Alana.

"Inget pulang kerumah. Jangan kemana-mana, Selesain masalah kamu."

Galih terkekeh. "Iya cantik."

"Ih udah sana ah pulang." Masalah nya jika Galih tidak pulang Alana akan sulit mengontrol detak jantungnya.

"Selamat tidur kesayangan Galih."

"Selamat tidur juga Galih."

*******

TBC

gimana-gimana?

Jangan lupa VOTMENT

see you🖤

ALANA(On going)Where stories live. Discover now