S E M B I L A N

669 54 3
                                    

Happy Reading!!

Typo Bertebaran!!
____________________________________________________
____

Beberapa bulan kemudian...

Waktu berlalu begitu cepat.

Alana sudah mulai terbiasa dengan semuanya berusaha sampai semua nya terlihat baik-baik saja. Sejauh ini dirinya sudah melakukan yang terbaik. Berhenti terpuruk atas kepergian Ayahnya. Iya, Alana berusaha bangkit dan sudah sampai sejauh ini.

Dirinya mulai terbiasa.

Ah tentang surat itu...

Alana sudah membacanya, tapi Alana memilih untuk memendam semuanya jika di ceritakan kesini, Alana akan sedih lagi.

Hari ini seperti biasa, Alana pergi ke sekolah dan setelah pulang sekolah dia bekerja. jika kalian bertanya-tanya bagaimana dengan Galih? Sudah hampir seminggu Alana tidak melihat atensi cowok itu berada di dekatnya.

"Pagi Alana!"

Alana terkejut. ya gimana gak kaget tiba-tiba saja Galih muncul di hadapannya.
Padahal baru saja Alana memikirkan cowok ini.

"Kamu bikin aku kaget!" Galih cuma nyengir aja setelah itu dia nyodorin sekotak susu rasa stroberi di hadapan Alana.

"Buat Lo." Susu Stroberi. itu adalah minuman favorit Alana.

"Makasih." dengan senang hati Alana menerima nya dengan senyuman yang manis. "kamu masih ingat ternyata." gumam Alana.

"Pulang sekolah ikut gue yuk?"

"Kemana?"

"Kerumah." Alana terkejut lagi. buat apa Galih menyuruhnya ke rumah cowok itu.

"Ngapain Gal?"

"Gausah banyak tanya, pulang sekolah gue tunggu."

"Tapi aku kerja."

"Nanti gue yang bantu izinin"

Saat Alana ingin mengucapkan kalimat lagi Galih lebih dulu memotong kalimat nya.

"Gausah banyak komentar, tinggal ikut aja susah banget!"

"Maaf Gal." Galih hanya menatap Alana datar kemudian pergi begitu saja.

Selepas kepergian Galih. Seseorang tiba-tiba saja datang dan langsung mengambil susu yang di berikan oleh Galih tadi. bukan mengambil lebih tepatnya merampas.

"Dasar cewek ganjen!" Teriak Lidya di depan muka Alana.

"Maksud Lo apa?" tantang Alana.

"Berani Lo sama gua hah?! Dasar gatau malu! pelakor!"

Alana tertawa. "Gak salah? Harusnya kata-kata itu yang gue ucapin buat lo."

"Mending lo pergi, ngaca disini siapa yang pelakor? lo atau gue?" Sarkas Alana setelah itu dia kembali mengambil susu kotak yang di berikan Galih dari tangan Lidya kemudian pergi begitu saja.

Sedangkan Lidya, Gadis itu mengeram kesal sambil mengepalkan tangannya.

"Liat aja, gue bikin lo menderita Alana." Kata Lidya menatap tajam punggung Alana yang mulai menjauh.

*****
Omongan Galih tentang akan membawanya kerumah cowok itu tidak main-main. Sekarang Alana disini. Didalam rumah besar Galih.

Walaupun sudah setahun menjalani hubungan dengan Galih tapi dirinya belum pernah di ajak cowok itu kerumah nya. Alana hanya sering bermain ke apartemen Galih di banding ke rumahnya.

Dan jujur ini adalah pertama kalinya Alana kerumah Galih. Ternyata rumah cowok itu tiga kali lipat lebih besar dari rumah nya yang lama. benar-benar sebesar itu dan rumah ini lebih cocok di bilang mansion daripada rumah.

"Ini silahkan di minum non." Seorang maid menghampiri nya sembari membawakan minuman dan cemilan kecil untuk nya.

"Terimakasih bi, harusnya bibi gak perlu repot bawain aku minum." Maid itu tersenyum canggung. "Udah tugas saya Non, kalo gitu saya permisi dulu." Alana hanya mengangguk kemudian tersenyum.

Selepas kepergian Maid tersebut muncul lah Galih yang datang memakai pakaian santai nya. "Gak lama kan?" Alana menggeleng. "Enggak kok."

"Kalo gitu tunggu disini sebentar ya, Gue mau panggil Mama dulu." Alana mengangguk "Iya Gal." setelah itu Galih kembali menghilang di balik pintu lift.

Kemudian pintu lift terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang duduk di kursi roda dan juga Galih yang mendorong
kursi roda tersebut.

"Tante," Alana bangkit dari duduknya menghampiri Anita yang tersenyum hangat menyambut kehadiran nya.

"Alana apa kabar?" Tanya Anita.

"Alana baik tante. Kalo tante gimana kabar nya?"

"Kabar tante baik. Alana tante turut berdukacita atas meninggalnya ayah kamu ya sayang." Mendengar itu Alana tersenyum miris.

"Makasih tante"

Anita mengangguk. "Oh iya tante ngundang kamu kesini mau ngajak masak bareng." Alana terkejut lalu melirik Galih meminta penjelasan.

Sedangkan yang di lirik hanya mengangkat bahunya saja.

"Aku tante?"

"Iya kamu, siapa lagi."

"Tapi tante—"

"Tante gak nerima penolakan lho ya, udah ayo kita ke dapur." Ah ternyata sifat pemaksa Galih turun dari ibunya.

"Iya tante," Sebenarnya Alana agak canggung karena baru bertemu dua kali sudah di ajak masak bareng. Jika begini Alana terlihat seperti... menantu?

mikir apa tadi? menantu? tiba-tiba saja dia tersadar dari khayalan nya mana mungkin jadi menantu. dia kan hanyalah seorang anak dari mantan narapidana.

"Mama yakin mau masak? Mama baru aja keluar dari rumah sakit kemarin." Galih terlihat khawatir,

"Kamu ini, Mama tuh udah sehat."

"Tapi Ma—"

"Udah kamu gausah bawel, mending duduk aja di meja makan daripada ngoceh disini." Usir Anita sambil menghempaskan tangan nya menyuruh Galih pergi.

Galih mendengus, dia jadi terlihat seperti anak yang di buang.

"Kamu tau kan makanan kesukaan Galih." Alana mengangguk. "Tau Tante Galih suka banget sama kentang balado." Anita tersenyum. Sepertinya Alana ini tahu betul Galih.

"Kita masak itu aja, sama Ayam goreng."

"Tapi tante, Galih kan gak bisa makam ayam." Iya. Galih memang tidak bisa makan Ayam. Bukan alergi, tapi hanya tidak bisa memakannya.

"kamu tau? Galih itu jarang banget ngasi tau hal-hal kecil kayak gini." Alana tersenyum canggung.

"Aku bikinin bekal buat Galih, jadi aku tau apa yang dia suka sama yg dia suka."

"Berarti Galih cocok sama masakan kamu. dia itu jarang lho makan masakan orang lain kecuali tante. katanya rasanya beda."

Mendengar itu Alana tersenyum.

"Yaudah, Alana tolong kamu iris kentang nya dulu ya." Alana mengangguk.

Sedangkan Galih melihat interaksi keduanya dari meja makan. Terlihat sangat mertua dan menantu. Sangat pas dan serasi.

*******

aneh ga si? tiba-tiba kepikiran buat bikin scene ini.

jangan lupa VOTMENT

see you next part!

ALANA(On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang