D U A P U L U H S A T U

471 34 3
                                    

Happy Reading!!

Typo bertebaran!!
_____________________________________________________
____

Jika harus memilih, jujur saja Galih akan lebih memilih menemani Alana berjam-jam di perpustakaan atau di toko buku untuk sekadar melihat buku atau belajar bersama di perpustakaan

Bukan seperti sekarang, Galih dengan terpaksa menemani gadis menyebalkan yang kini tengah berada tepat di hadapannya.

"Jadi kita kesini mau ngapain?" Tanya Galih malas.

"Ngedate." Jawab Lidya santai, lalu memanggil salah satu Waiterss untuk memesan makanan.

"Selamat siang kak, Baik mau pesan—"

Galih memandang Waiterss tersebut dan tidak butuh waktu lama untuk mengenal siapa dia. Alana. Iya gadis itu Alana, keduanya sempat bertatapan lama namun harus terhenti ketika Lidya mulai menyebutkan pesanan makanan nya.

"Gal, kamu mau makan apa?"

"Terserah."

"Oke, jadi kita pesan—"

"Baik, itu saja ya kak pesanan nya."

Lidya  hanya mengangguk kemudian menyerahkan buku menu itu kepada Alana. Tapi saat Alana ingin mengambil buku tersebut Lidya dengan sengaja menjatuhkan bukunya sehingga Alana harus sedikit berjongkok untuk mengambil nya.

"Gak nyangka ya yang dulunya orang kaya, tiba-tiba jadi pelayan kafe kecil kayak gini." Dan lagi Lidya juga sepertinya sengaja berkata seperti itu agar Alana berontak. Tapi tidak. Alana tidak akan terpancing dia hanya diam, kemudian Alana hanya memaksakan senyum nya lalu pergi membawa pesanan keduanya.

Sedangkan Galih hanya diam, pikiran melayang kepada Alana yang entah kenapa Alana bisa berada disini? Setahunya harusnya gadis itu baru bekerja pada malam hari.

"Kamu kenapa bengong mulu sih Gal?"

"Bukan urusan lo."

Lalu Alana datang membawa pesanan mereka berdua.

"Ini makanannya silahkan dinikmati."

"Loh kok jus alpukat? Saya kan minta jus stroberi, gimana sih?!" Lagi. Lidya sengaja seperti ini agar Alana kena tegur oleh manager nya.

"Panggil manager kamu. Saya mau ngomong, bisa-bisa nya rekrut pegawai gak becus kayak gini." Alana sendiri tidak mau melawan dia hanya diam dan menurut ketika Lidya menyuruhnya untuk memanggil manager nya.

"Permisi, kenapa ya mbak? Apa ada masalah dengan pelayanan kami?"

"Iya ada! Saya minta kepada bapak agar lebih bisa mengurus pegawainya lebih baik lagi, bisa bisa nya dia," Lidya menunjuk Alana. "Salah bawa pesanan saya."

"Mewakili pegawai saya. Saya minta maaf telah membuat ketidaknyamanan mbak dan mas pada siang ini, Saya juga akan menegur pegawai saya agar tidak ceroboh lagi seperti ini." Ujar sang manager dengan sopan.

"Iya! pokoknya saya gak mau tau, ganti minuman saya."

"Baik kami akan mengganti dengan yang baru, sekali lagi maaf atas ketidaknyamanan nya, saya pamit dan selamat menikmati makan siang mbak dan mas." Kemudian sang manager berlalu diikuti Alana di belakang nya.

"Lo keterlaluan."

"Maksud kamu?"

"Gue pikir lo udah besar sehingga bisa mengerti apa maksud gue barusan."

Sedangkan Lidya tersenyum sinis, "Aku gak keterlaluan, dia emang pantes dapet itu."

"Lo gila? Jelas-jelas lo sendiri yang pesen jus stroberi."

"Kenapa sih Gal? Kamu gak terima ya dia aku gituin? inget ya ini belum seberapa."

"Dasar Sinting."

*****

"Alana."

Langkah Alana terhenti sebentar ketika mendengar seseorang memanggil namanya, dia jelas tau siapa orang itu namun dia memilih melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan dia yang terus saja memanggilnya.

"Alana, kita perlu ngomong."

Galih berhasil menangkap tangan Alana.

Akhirnya langkah Alana terhenti dia tidak berbalik untuk menatap ke arah Galih. Dia masih diam di tempatnya menunggu Galih yang berdiri di hadapannya. lalu kemudian tubuh jangkung itu berdiri di hadapannya masih dengan menggenggam sebelah tangan nya.

lalu Alana mendongak menatap kedua mata yang kini tengah menatapnya juga, lalu Alana tersenyum, jenis senyum yang sulit di tebak.

"Kenapa?" Akhirnya Galih berbicara duluan.

"Apanya?"

"Kamu, kenapa menghindar?" Lalu Galih mendengar gadis itu terkekeh sebentar.

"Aku gak menghindar."

"Aku bisa jelasin yang tadi." Ujar Galih.

"Buat apa? gak ada yang perlu di jelasin gal," Alana berkata seperti itu membuat hati Galih berdenyut nyeri.

"Tadi gue cuma terpaksa nemenin Lidya makan siang, itu bukan date. Gue gak mau lo salah pahan Alana." Sang lawan bicara tidak menjawab, melainkan melepaskan genggaman Galih secara perlahan.

"Aku mau pulang, capek."

"Biar gue antar."

*****

TBC

Note : buat kalian yang bingung dimana part 3 nya ada di bawah part ini ya,

see you 🖤

ALANA(On going)Where stories live. Discover now