tujuh

28.1K 4.3K 672
                                    

"I memorized the order." - NCT 127, Simon Says

" - NCT 127, Simon Says

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jane!"

"Jane!"

"Jane!"

Sayup-sayup, suara yang terdengar frustrasi itu sejak tadi mengusik telinga gue. Dengan susah payah, gue membuka mata yang gue juga ngga tahu sejak kapan dia terpejam.

Ketika gue sadar, tubuh gue udah telungkup dengan rasa sakit dan nyeri yang menjalar. Tangan gue terangkat naik perlahan meminta bantuan untuk bangun.

Tapi ngga ada yang peduli.

Apa yang ada di depan gue saat ini adalah keramaian orang yang lari-larian ke sana kemari sambil meneriakkan nama-nama yang ngga gue kenal.

"Jane!" panggil seseorang sekali lagi dengan suara yang jauh lebih keras dari sebelumnya.

Kali ini, gue merasa ada yang menarik tubuh gue ke dalam rengkuhannya. Dengan mata yang akurasi penglihatannya gue ragukan, gue bisa melihat mama yang menopang tengkuk gue dengan sebelah lengannya sementara tangan satunya membelai lembut wajah gue.

"Jane! Ini mama, Jane! Sadar, Jane!" teriaknya di sela keramaian.

Tangan mama beralih ke kepala bagian belakang gue. Gue bisa merasakan belaian tangannya di sana. Tapi ngga lama setelah itu, mama menarik tangannya dari sana. Wajahnya mendadak panik saat matanya menangkap bercak darah menutupi permukaan telapak tangannya.

"Jane-"

"Ma..." bisik gue lirih.

Setelah kesadaran gue mulai terkumpul, gue merasakan sakit di dada kiri gue. Jantung gue mendadak terasa nyeri mirip ditusuk-tusuk pakai jarum.

Sakit banget.

Sebelah tangan gue tergerak menyentuh dan menekan dada gue untuk menghilangkan rasa sakit. Tapi baru beberapa detik telapak tangan gue mendarat di sana, gue udah bisa merasakan sesuatu yang basah di sana.

Perlahan, gue menarik kembali tangan gue, dan betapa terkejutnya gue waktu lihat tangan gue mendadak merah penuh darah.

Mulut gue mulai terbuka, tapi bibir gue terlalu kaku. Susah banget rasanya buat bersuara.

"Jane!" sekali lagi mama berteriak, lalu dia memeluk gue erat-erat.

Dengan air mata yang refleks mengalir, gue menoleh untuk mengamati sekeliling gue. Pemandangan di depan gue benar-benar kacau.

Tepat di seberang gue, bus yang sebelumnya gue tumpangi hancur penyok dengan api-api sedang yang mulai mereda setelah disirami air oleh beberapa petugas pemadam kebakaran di sisi bus.

Ngga sedikit orang yang ngga berdaya terkapar di atas jalan yang luas ini. Mereka ngga bergerak sama sekali. Mereka antara pingsan atau udah mati, gue ngga tahu.

[2] Scriptsweet ✔Where stories live. Discover now