sembilan belas

29.2K 4.2K 1K
                                    

"I can't open my eyes. Do you see me?" - NCT127, Angel

Dalam dunia perkuliahan, ada yang namanya batas maksimum absensi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam dunia perkuliahan, ada yang namanya batas maksimum absensi. Kebanyakan mahasiswa menyebutnya dengan istilah jatah absensi. Artinya, ada kondisi di mana absensi mahasiswa ngga boleh melebihi batas tertentu biar bisa ikut evaluasi tengah maupun akhir semester.

Di kampus gue, khususnya di fakultas dan jurusan gue, batas maksimum absensi adalah dua puluh persen. Itu berarti, mahasiswa yang absensinya lebih dari dua puluh persen ngga bisa ikut evaluasi nantinya. Kalau dihitung-hitung, dua puluh persen itu setara dengan ngga masuk dua kali dari total empat belas pertemuan dalam empat belas minggu.

Kebetulan banget presensi mata kuliah Makroekonomi gue masih utuh. Jadi, pagi ini gue memutuskan buat ngga hadir ke kelas. Alasannya sederhana; sindrom malas kuliah mahasiswa semester akhir menggerogoti gue sejak gue membuka mata pagi ini. Lagian juga palingan agenda hari ini cuma ngumpulin tugas pertemuan kemarin, habis itu sesi tanya jawab aja.

"Jane!"

Kak Doyoung berdiri di ambang pintu kamar, berkacak pinggang dengan setelan kerjanya yang udah lengkap.

"Saya ngga maksa kamu buat berangkat, tapi seenggaknya kamu harus masuk kelas buat ngumpulin tugas."

Gue beringsut dari posisi rebahan gue dan mengulurkan tangan gue ke meja kerja di sebelah tempat tidur. Setelah menggeser kotak kacamata gue di atas meja, gue menarik sebundel tugas yang udah gue jilid semalam.

"Saya mau ambil jatah," kata gue sambil menyerahkan tugas gue ke kak Doyoung, "ngumpulinnya di sini aja gapapa kan?"

"Presensi kamu nol hari ini." Kak Doyoung mengingatkan gue.

Gue mengangguk. "Iya, namanya juga ambil jatah, ya presensinya nol lah."

"Kenapa ngga mau masuk kelas?"

Menanggapi pertanyaan yang sebenarnya jawabannya ngga begitu mendukung buat dijadikan alasan gue ambil jatah, gue menggidikkan bahu. "Lagi butuh waktu buat sendiri aja. I'm kinda demotivated."

Sebelah alis kak Doyoung terangkat. "Sejak kapan ada orang demotivasi yang sembuh cuma gara-gara berdiam diri di kamar?"

"Ada, dan itu saya. Jangan bilang ngga mungkin karena saya yang lebih tahu diri saya sendiri."

Kak Doyoung memasukkan tugas gue ke dalam tas jinjing hitamnya. "Okay, then, take your time," katanya, "saya yakin demotivasi kamu bakalan hilang hari ini juga."

"Kok tiba-tiba gitu?" Gue sedikit penasaran karena tadinya dia ngga percaya kalau orang demotivasi bisa sembuh dengan berdiam diri di kamar.

Kali ini, gantian dia yang menggidikkan bahu sebelum melirik jam tangannya. "Cuma mau ngasih tahu. Sekarang jam setengah tujuh."

[2] Scriptsweet ✔Where stories live. Discover now