tujuh belas

29.6K 4.3K 1.4K
                                    

"Like Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, when I'm with you always it was special every day." - NCT Dream, Candle Light

Dalam rentang weekdays, jadwal kuliah reguler gue cuma bisa padat sampai hari Kamis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam rentang weekdays, jadwal kuliah reguler gue cuma bisa padat sampai hari Kamis. Sebanyak apapun jadwal reguler yang pending, jadwal penggantinya selalu diselipin di antara hari Senin sampai Kamis. Alasannya adalah karena Jumat selalu jadi hari kegiatan khusus mahasiswa tiap angkatan (re: tahun pertama sampai tahun terakhir).

Dan Jumat-nya mahasiswa tahun terakhir semester akhir adalah hari khusus pelaporan progres ke jurusan terkait hasil bimbingan selama seminggu. Biasanya, mahasiswa bimbingan formal alias dapat tanda tangan di kartu kendali bimbingan maksimal dua kali seminggu. Normalnya emang begitu, tapi sayangnya, dari awal emang skripsi gue ngga pernah normal.

Pertama, gue bimbingan lebih dari dua kali seminggu karena waktu itu harus ngejar target selesai revisi demi seminar. Dan kedua, gue ngga pernah laporan ke jurusan karena selama ini kak Doyoung yang laporan langsung ke jurusan.

Akhirnya, jadilah long weekend gue dari Jumat sampai Minggu. Enaknya lagi, kalau jadwal hari Kamis sama Senin kepindah ke Selasa atau Rabu. Gue bisa hibernasi lima hari penuh dari Kamis sampai Senin. Bebas piggy time alias rebahan seharian di tempat tidur, nonton film di kamar sambil makan snack, dan angkat pantat dari tempat tidur cuma buat buang air ke kamar mandi.

Tapi Jumat ini, meskipun ngga ada jadwal kuliah atau bimbingan, gue memutuskan buat pergi ke kampus. Maunya sih goleran aja di apartemen, tapi gara-gara kak Doyoung men-trigger gue semalam, gue jadi agak takut buat diam di apartemen seharian.

"Ngapain?"

Kak Doyoung tiba-tiba keluar dari kamar dan memergoki gue yang baru aja mengambil kunci motor secara diam-diam dari gantungan di dekat ruang makan. Gue diam sebentar, mengamati gerak kak Doyoung yang semakin dekat ke arah gue. Karena takut kunci motor dirampas, gue menggenggam kunci gue kuat-kuat di tangan.

"Kalau dari sudut pandang Bapak sekarang, saya kelihatan kayak orang yang lagi ngapain? Ngga kelihatan kayak pelajar yang lagi nyiapin senjata buat tawuran di Tanah Abang, kan?"

"Jane!" panggilnya, sedikit menyentak, tapi ngga sekasar itu.

"Ya menurut Bapak, saya lagi ngapain?"

Laki-laki itu mendengus pelan. "Kenapa balik tanya?"

"Emang ngga lihat kalau saya ngambil kunci motor?"

"Menurut kamu saya ngga lihat sementara saya punya dua mata yang menghadap kamu selagi kamu ngambil kunci motor?"

"Terus ngapain tanya?"

Kak Doyoung berjalan ke sebelah meja makan. Tatapannya jatuh pada dua potong roti bakar di atas piring dan segelas susu hangat yang gue siapkan buat dia beberapa menit yang lalu. Kemudian, dia beralih menatap piring dan gelas bekas gue yang udah kosong di atas meja. Maksud gue, piringnya kosong, tapi di gelas masih ada susu vanila yang tinggal seperempat gelas.

[2] Scriptsweet ✔Where stories live. Discover now