tiga puluh satu

33.8K 4.5K 3K
                                    

"This is the most romantic place, especially when the stars fill the dark sky and the street lights rain on the lonely road."

Jen.

Melewatkan jalan-jalan malam di Jogja is a big no

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melewatkan jalan-jalan malam di Jogja is a big no. Gue sih ogah ya, harus balik ke Jakarta diikuti perasaan menyesal karena gue lebih memilih buat berbaring di atas tempat tidur semalaman ini. Besok sore gue dan kak Doyoung harus balik ke Jakarta karena lusa dia ada jadwal di sesi pertama. Maka, perkara kaki yang keseleo enggak menghentikan gue buat keluar malam ini.

Tenang, gue punya cheat 'HESOYAM' yang booming pada masanya. Itu adalah iconic cheat yang selalu jadi andalan para pemain game GTA San Andreas. Satu-satunya cheat yang paling gue hafal ya cuma ini. Soalnya, dulu kak Johnny kalau main sama temannya, suka main cheat, terus teriak-teriak, "HESOYAM! HESOYAM!" Selain karena pelafalannya yang gampang diingat, cheat ini juga ternyata punya efek yang menarik.

Anak-anak zaman jigeum mana tahu cheat beginian.

Intinya, 'HESOYAM' itu sebuah cheat buat memulihkan kesehatan, tahan banting, dan bahkan mendapatkan uang cuma-cuma sebesar 250 USD. Buat gue, seenggaknya bikin gue tahan berjalan malam ini. Kalau soal duit mah, gue tenang. Kan ada kak Doyoung, ATM berjalan gue.

"Kamu beneran bisa jalan?" Kak Doyoung langsung bertanya saat dia turun dari andong dan mengulurkan tangannya buat membantu gue turun. "Kalau nggak bisa, mendingan balik aja."

"Yeee si Bapak. Percuma dong kita ke sini."

Membantu gue berdiri, kak Doyoung memegangi kedua lengan gue dan sedikit menggeser badan gue waktu andong yang barusan gue dan kak Doyoung tumpangi melenggang meninggalkan kami. Tadinya sih mau naik sepeda aja, tapi mbah melarang. Gara-gara gue habis jatuh tadi pagi, mbah Akung langsung menaruh sepedanya ke gudang di belakang biar enggak dipakai kak Doyoung lagi. Bukan karena mbah khawatir sepedanya rusak, tapi karena mbah Akung nggak mau gue jatuh buat yang kedua kalinya naik sepeda itu.

Akhirnya, di sinilah gue dan kak Doyoung sekarang. Berdiri di pangkal—oke, gue enggak tahu ini sebenarnya pangkal atau ujung, tapi karena gue bakalan memulai perjalanan dari sini, gue menyebutnya pangkal—Pasar Malioboro. Menghela napas sejenak, gue mengedarkan pandangan ke sekitar. Ada pasar yang panjang di depan gue, andong yang melintasi jalan di sebelah pasar, kereta yang kebetulan lewat setelah berangkat dari Stasiun Tugu.

Sumpah, gue enggak bohong! Suasananya syahdu banget. Kalau disuruh memilih destinasi favorit, gue bakalan menunjuk Jogja sebagai pilihan gue.

"Pasarnya panjang loh!"

Ucapan kak Doyoung barusan bikin gue kembali melihat ke arah pasar yang ujungnya enggak kelihatan. Sebagai manusia yang punya mata minus—kelakuan juga lebih minus sih sebenarnya, tapi oke lah jangan bahas kelakuan gue sekarang—dan enggak bawa kacamata, gue cuma bisa memicing menatap ke jarak pandang terjauh. Makin jauh, makin buram.

[2] Scriptsweet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang