dua puluh lima

32.6K 4.2K 1.8K
                                    

"Colored by the beautiful starlight, when you look at me, time stops." - NCT 127, City 127

Antara grumpy atau flirty, gue enggak betul-betul tahu mana yang lebih representatif buat menjelaskan karakter kak Doyoung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Antara grumpy atau flirty, gue enggak betul-betul tahu mana yang lebih representatif buat menjelaskan karakter kak Doyoung.

Dia itu suka banget mengomentari tindakan yang gue ambil. Misalnya, dia memprotes pola makan gue yang udah jadi default selama bertahun-tahun terakhir. Maksud gue, tiap orang kan punya pola makannya masing-masing. Ada yang biasa makan sehari tiga kali, ada juga yang bisa sampai lima kali. Kebetulan aja, pola makan gue tuh sehari dua kali makan nasi.

Tapi kak Doyoung enggak terima. Sejak gue sakit kemarin, dia mengomel kalau tahu gue skip makan siang. Padahal kan gue enggak bakalan mati cuma gara-gara skip makan siang-kecuali emang udah takdirnya sih. Lagian juga di dunia ini enggak cuma gue yang makan sehari dua kali, cuy!

Untung aja dia enggak pernah protes tentang cara gue bernapas.

Ya kan ngeri-ngeri horor gimana gitu. Gara-gara makan enggak sesuai kemauan dia, gue dipaksa makan sampai disuapin segala. Nah, kalau napas enggak sesuai kemauan dia, apa enggak ngeri tiba-tiba dia ngasih gue napas buatan?

Ngeri, anjir!

Di sisi lain, dia itu hobi banget meledek gue. Gue enggak tahu ya apa salah gue sama dia, tapi dia sering banget bikin gue risi. Misalnya, gue lagi cuci piring, tiba-tiba dia menoel pipi gue. Gue tidur menghadap tembok, dia colek-colek gue. Padahal kan dia tahu kalau gue enggak suka-suka amat sama yang namanya skinship.

Bukan enggak suka sih, tapi ya belum dan enggak terbiasa aja gitu skinship sama cowok selain kak Johnny dan papa. Lagipula, gue menikah sama dia juga baru jalan dua bulan. Jadi, gue masih dalam tahap penyesuaian sama laki-laki mahram gue selain kakak dan papa.

Dan di beberapa kesempatan, dia suka tiba-tiba ngelihatin gue selagi gue mengerjakan sesuatu. Misalnya sekarang, dia duduk memangku dagu di atas tempat tidur, menatap gue yang lagi sibuk sendiri nge-print draf skripsi buat dosen penguji sidang. Kadang, dia senyum-senyum enggak jelas, bikin gue merasa kayak lagi dilirik dan digodain preman Tanah Abang.

"Sayang." Suaranya menyela di antara jerit printer gue yang lagi dalam proses cleaning. Karena gue punya kemampuan yang cekatan buat merespon situasi, gue menoleh. Bukan merasa terpanggil sih. Cuma ya... refleks aja, kayak tiba-tiba gue mendengar suara berdebum di tengah keheningan gitu.

"Gimana?"

Kak Doyoung menyentakkan kepalanya ke arah printer gue. "Itu, sayang kalau kamu cek hasil pembersihan pakai kertas baru terus. Kertas-kertas bekas revisian yang kemarin kan nganggur di bawah meja."

Gue menengok ke bawah meja sesuai arah tunjuk kak Doyoung, tapi cuma sebentar. "Males ah, harus ngubek-ubek susunannya lagi. Ribet beresinnya lagi."

[2] Scriptsweet ✔Where stories live. Discover now