Sweet but Psycho

12.6K 922 47
                                    

Happy reading guys....

Jangan lupa vote sebelum baca :)

💗💗💗

.

.

.

.

Sudah hampir seminggu berlalu sedangkan Lalita sama sekali tidak mau bicara pada Helen. Lalita kesal, tentu saja. Ketika Erik mendapatkan hukuman kurungan selama dua minggu kenapa Helen sama sekali tidak memberitaunya. Bukannya khawatir, justru hal itu adalah kesempatan emas bagi Lalita untuk melarikan diri. Namun sayang kekangan Lalita malah justru bertambah ketat dengan lusinan warrior Vampir terlatih yang kesemuanya mengusai sihir untuk menjaga Lalita.

"Nona, sarapan sudah siap." kata Alin yang mulai menyajikan satu demi satu hidangan di atas meja.

Lalita mengabaikannya. Manik abu-abu kelamnya masih terfokus pada bayangannya di cermin sambil menyisir surainya yang lurus dan tertata rapi.

"Hei, apa kau masih marah padaku?" tanya Alin yang telah memakai aksen dinginnya kembali sebagai Helen.

"Sapere aude." sahut Lalita dingin dan datar.

"Ayolah, baik aku menyesal dan aku minta maaf. Kau adalah yang paling sabar di antara kita bertiga di Hallelau. Jangan marah lagi padaku." Helen menunduk di belakang Lalita yang masih duduk di atas meja riasnya. Hingga sebuah tangan memegang bahunya dengan lembut.

"Bagaimana mungkin aku bisa marah lebih lama lagi padamu." ujung bibir Lalita tertarik ke belakang menampilkan senyuman manis yang begitu mempesona. Siapa pun yang melihatnya akan merasa takjub.  Tak heran Erik bisa jatuh hati dengan sangat mudah padanya, pikir Helen.

"Sampai kapan kau akan berdiri di sana, ayo temani aku sarapan." panggilan Lalita memecahkan lamunan Helen yang kemudian langsung duduk bersebelahan dengan Lalita.

"Sekarang ceritakan padaku kenapa Erik sampai di hukum seperti itu." Lalita mengawali.

"Apa kau khawatir padanya?"

"Aku hanya ingin tau. Apa kau cemburu?"

"Tentu tidak." Helen ngalihkan pandanganya ke arah lain untuk menutupi rona merah pada pipinya yang mulai bersemu.

'Bad Liar' seru Rione dari dalam yang malah membuat Lalita tersenyum samar.

"Kalau tidak cemburu, ceritakan padaku."

Helen menarik nafas pelan sebelum akhirnya berbalik dan menatap Lalita. "Dia membunuh adik tirinya."

"Kenapa, apa terjadi perebutan tahta?"

"Lebih dari itu. Erik sama sekali tidak menginginkan tahta meskipun sejak awal dialah yang berhak atas tahta. Dia membenci Laksita, selir Raja. Sedangkan anak-anak dari Laksita adalah adik tirinya."

"Apa yang menyebabkan Erik membenci ibu tirinya." Lalita tampak tertarik dengan topik itu sambil menyimak cerita Helen dengan serius.

"Panjang ceritanya. Yang jelas Erik dan Ratu Rachel sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang Raja. Namun justru petaka yang menghampiri. Laksita berencana menghancurkan Ratu Rachel dan Erik sedangkan anak-anaknya menguasai tahta. Sayangnya Erik tidak sebodoh itu. Ibu dan ketiga anaknya itu tewas di tangan Erik. Kini tahta dan kehormatan ibunya berhasil Erik pertahankan. Tapi sampai sekarang sifat Erik masih sama. Obsesinya menghabisi ibu dan anak memang terwujud tapi sifat kejam dan beringasnya masih belum hilang." jelas Helen panjang lebar dengan suara lirih seakan ikut merasakan penderitaan Erik.

My Mate is White WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang