Losing You

11.5K 745 54
                                    

Sinar matahari menembus melewati jendela kamar yang transparan, menghujani dua insan yang masih asik terlelap di alam mimpi dengan kehangatan.

Sean mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk pada matanya sambil menguap. Entah kenapa pagi ini terasa berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Ketika menoleh ke arah karpet merah di sebelah meja Sean dapat melihat debu yang tersangkut pada permukaan karpet. Saat mengalihkan pandangannya pada jendela, Sean dapat mendengar suara air yang jatuh dari sehelai daun dengan sangat jelas.

'Merasakan sesuatu yang aneh?' mindlik Stevan seakan membaca pikiran Sean.

'Aku merasa berbeda. Apa yang kau rasakan?'

'Aku merasa jauh lebih bertenaga dari sebelumnya.' Stevan meregangkan otot-otot nya sambil menguap lebar-lebar.

Sean berpikir sejenak mencoba mencerna baik-baik apa yang terjadi. Abilitynya meningkat seiring inderanya yang kian menanajam. Mungkinkah efek dari mating? Segera Sean beralih pada Lalita yang masih terlelap di sampingnya.

"Lalita bangun." Sean mengguncangkan sedikit tubuh Lalita hingga sedikit terbangun dalam keadaan setengah sadar.

"Apa? Biarkan aku tidur beberapa menit lagi." Sahut Lalita sambil mencari posisi lain yang lebih nyaman.

"Lalita kau harus bangun sekarang juga."

"Beberapa menit lagi."

"Tidak ada waktu lagi. Aku ingin kau bangun sekarang. Coba lihatlah apa yang terjadi pada rambutmu?"

Sontak saja Lalita langsung terbangun dan meloncat menuju ke hadapan cermin besar yang berada di kamar. Lalita memperhatikan bayangan dirinya di cermin dengan mata terbelalak. Bayangan itu seperti bukan bayangan dirinya. Seperti dirinya yang berada di hadapan cermin namun yang di hadapannya adalah bayangan orang lain. Rambut pirang pudarnya berubah menjadi pirang keemasan. Bentuk wajah dan bibirnya berubah menjadi lebih kuat dan menarik dari sebelumnya. Tubuhnya terasa jauh lebih berisi dan bertenaga. Satu-satunya yang tidak berubah hanyalah netra abu-abu kelamnya.

"Kenapa jadi begini?" Sean hanya mengangkat bahu tidak mengerti.

"Apa terlihat buruk?"  Lalita menoleh ke arah Sean dengan ekspresi bingung, heran, dan bercampur sedikit panik membuat Sean merasa perlu mencubit pipi tembam matenya.

"Tidak." Ucap Sean santai sambil melangkah mendekat lalu menyingkirkan sedikit helaian rambut pirang keemasan Lalita yang menutupi wajah ke belakang telinga.

"Kau terlihat lebih cantik, sayang." Puji Sean yang membuat pipi Lalita kembali merona seperti semalam.

Tiba-tiba Stevan melolong protes. Dengan sedikit tidak sabaran serigala itu terus melolong dan melompat lompat sebagai bentuk protesnya karena di abaikan tanpa bisa bertemu maupun berbicara secara langsung dengan matenya.

"Serigala sialan!" Umpat Sean.

"Stevan jangan mengaum sembarangan. Kau tidak kasihan pada Sean? Meski aku tidak bisa mendengarmu tapi aku tau kau pasti ingin bertemu dengan ku dan Rione secara langsung bukan?" Ucap Lalita menenangkan sambil mengusap kepala Sean lembut. Saraf Sean yang tegang kini membaik karena Stevan yang kembali duduk dengan tenang sambil menjilati kaki depannya, terlihat imut seperti kucing.

"Baik-baik akan ku turuti kemauan mu." Sean memutar bola matanya jengah sebelum mundur mengambil jarak dari Lalita sebelum melakukan Shift.

Bulu-bulu hitam sekelam malam Stevan tampak lebih panjang dan sedikit berkilau di bawah terpaan sinar matahari yang menyelinap masuk melalui jendela yang tidak tertutup gorden. Taring putihnya terlihat lebih panjang dan tajam  dari sebelumnya. Yang paling mencolok dari penampilan Stevan adalah tanda berbentuk dua huruf 'v' yang saling tumpang tindih berwarna silver di keningnya. Sangat kontras dengan bulu lebatnya yang hitam legam.

My Mate is White WolfWhere stories live. Discover now