Ekstra Part

11.4K 702 31
                                    

Happy reading guys^^

.

.

.

.

Kepingan salju kembali berjatuhan. Saat ini adalah musim dingin ke empat yang telah di lewati seorang gadis mungil dengan rambut pirang pudar yang di biarkan tumbuh panjang. Mata biru sedalam samudranya tampak berbinar menatap hamparan putih salju bagai selimut yang menutupi hampir semua pohon dan rumah-rumah.

"Siera, jangan berdiam di depan jendela yang terbuka." tegur seorang wanita dengan rambut pirang pudar yang sama persis dengan gadis kecil itu.

"Siera mau main di luar." ucapnya masih dengan suara sedikit kecil yang terdengar manis.

Lalita menutup jendela lantas menggendong putri kecilnya usai memakaiakan mantel bulu putih yang selembut kapas. Mantel dari bahan yang sama persis seperti yang ia kenakan saat ini.

"Siera mau melihat ayah dan kakak? Mereka ada di halaman depan." tawar Lalita sambil menyentuh lembut hidung mungil Siera.

"Apa Siera boleh main salju?"

Lalita menggeleng sambil berjalan menuju halaman depan."Terlalu dingin. Tapi Siera boleh melihat kakak berlatih di luar."

Seperti anak kecil yang baru saja di beri permen, netra biru sedalam samudra Siera kembali berbinar cerah. Betapa sukanya gadis mungil itu melihat salju dan rasa sayangnya pada sang kakak.

Lalita duduk di kursi goyang di teras mansion. Sambil memangku Siera juga membenarkan mantel gadis mungil itu agar tetap hangat.

Di halaman tepat di hadapan mereka, seekor serigala hitam bermata gold tajam tampak menggeram rendah sambil menatap Sean lekat-lekat. Taring melengkung terlihat jelas saat serigala itu menggeram sebelum akhirnya menerjang Sean bertubi-tubi. Cakarnya yang runcing nyaris beberapa kali mengenai Sean, namun Sean lebih cepat dan gesit untuk menghindari serangan serigala muda yang penuh semangat. Melihat sedikit celah, Sean berhasil memukul rahang serigala hitam hingga menghantam pohon dan salju putih pun secara otomatis rontok menimpanya.

"Cukup sampai di sini Leon. Apa terasa sakit?" Tanya Sean sesaat setelah serigala hitam melakukan Shift menjadi seorang bocah laki-laki yang perawakanya sangat mirip dengan Sean saat kecil.

"Dad mengejekku?" Balas Leon nyaris sama datarnya seperti Sean yang dulu.

Asik memperhatikan ayah dan kakak laki-lakinya perhatian Siera teralih dengan kedatangan seorang anak perempuan yang sangat mirip dengan kakak lelakinya meski bukan kembar identik. Rambut hitam legamnya di biarkan tergerai dengan iris abu-abu kelam dan tubuh di balut mantel dengan perpaduan warna monokrom. Di tangan kanannya terdapat buku sketsa dan pensil. Wajahnya datar nyaris tidak ramah sama sekali.

"Kak Leona, kak Leona. Apa kakak mau main sama Siera." Seru Siera saat melihat Leona hendak memasuki mansion.

"Tidak." Balasnya pendek.

"Siera boleh lihat gambar Kak Leona  tidak?" Tak kehabisan akal Siera beralih pada buku sketsa yang di bawa Leona. Tapi jawaban dari kakaknya itu tetap sama dan itu membuat Siera sedikit sedih. Bagaimana pun diam-diam Siera mengagumi kakak perempuannya itu.

"Leona." Tegur Lalita.

"Apa?" Balas gadis itu dingin.

"Sudahlah, apa Siera mau main sama Kak Leon?" Tawar Leon. Dia tau kembarannya sama sekali tidak ingin peduli apa pun. Leon tidak ingin adik bungsunya sedih. Begitulah Leonil Anderson, dingin dan tidak tersentuh sejak dini namun begitu lembut dan menyayangi adik bungsunya hingga Leona jadi merasa sedikit terabaikan.

My Mate is White WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang