Shakira

12.5K 949 53
                                    

Di atas gambaran tanda kepemilikannya Lalita. Ya kurang lebih seperti itu. Bagus gak?

Jangan lupa vote sebelum baca...

Happy Reading guys 😇😇😇

.

.

.

.

"Bagaimana mungkin dia lolos!?" raung seorang Vampir yang sedang mencekik bawahannya dengan satu tangan hingga kakinya tidak memijak lantai.

Iris merah darahnya berkilat menampilkan murka seakan menyeret siapa pun ke neraka yang bergejolak jika menatapnya. Rahang tegasnya mengeras dengan taring runcing yang kini menghiasi bibir tipisnya yang menggoda dengan senyum miring mengerikan.

"Tuan, ampun. Kami juga tidak tau."

"Bodoh!" Erik menghempaskan pengawal yang di cekiknya hingga membentur dinding gelap yang kini retak.

"You mine, dear. You can't run away from me."

Sebuah senyum misterius terbit dari rahang tegas sang pangeran mahkota. Dan itu bukanlah pertanda baik.

***

Hal pertama yang Lalita lakukan setelah terbangun adalah membersihkan diri. Air yang jatuh dari atas kepala membasahi rambutnya memberikan efek dingin dan sejuk yang begitu menyegarkan.

Usai mengeringkan rambutnya dengan handuk, Lalita menyisirnya di depan cermin sambil mengamati tanda seperti tatto yang terbentuk indah di perbatasan antara leher dan dadanya. Tatto cantik berwarna biru kehitaman berbentuk wajah serigala dan siluet seorang gadis yang bersurai panjangnya tertiup angin.

Lalita tersenyum kecil sambil menyentuh tanda kepemilikan di lehernya. Kini ia telah terikat sepenuhnya dengan Sean.

Untuk sesaat Lalita merasa berbeda. Entah kenapa tubuhnya terasa lebih ringan dan kuat dari sebelumnya. Pandangannya menajam dengan indra yang jauh lebih sensitif. Sihir elemen jadi lebih mudah untuk di lakukan. Hanya dengan membaysngkan saja Lalita mampu memunculkan api dan es di masing-masing telapak tangannya.

Setelah mengepang sedikit rambutnya dengan gaya sederhana, Lalita keluar menuju camp pelatihan, tempat favoritnya untuk berlatih sekaligus bersenang-senang.

"Lalita." sapa seseorang yang begitu Lalita kenal. Rambut panjangnya masih sama. Tebal dan merah sewarna darah.

"Ariella." sapa balik Lalita yang menerima pelukan hangat sahabatnya.

"Lalita kau sekarang berbeda. Sangat berbeda. Sekarang kau terlihat lebih dewasa dengan rambut di kepang. Tidak seperti dulu, biasanya kau senang membiarkan rambutmu tergerai tertiup angin."

"Maksudmu dulu aku belum dewasa begitu?"

"Bukan begitu, hanya saja. Oh ya tuhan." Ariella memekik setelah melihat tanda di leher Lalita. "Jadi Sean sudah menandaimu!?"

"Ssshhtttt..!" Lalita langsung membekap mulut Ariella dengan tangannya. "Sepertinya kau tertular Silvi. Jangan ikut-ikutan untuk hal yang satu itu." tegur Lalita yang sedikit tersipu malu.

Dengan sebal Ariella melepaskan paksa tangan Lalita dari mulutnya. "Apa pun Luna, asal jangan samakan aku dengan Silvi."

"Jangan panggil aku Luna." kini giliran Lalita yang berdecak sebal.

My Mate is White WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang