Terminate

6.2K 661 75
                                    

Bulu seputih salju yang terlihat begitu lembut dan halus. Netra biru cerah yang terlihat tegas namun penuh keramahan. Tak lupa tanda 'V' silver yang tampak begitu kontras dengan bulu putihnya. Serigala putih berdiri anggun di atas meja batu tempat Lalita sebelumnya terbaring.

'Kalian jangan buat aku takut dengan tatapan seperti itu. Ayolah aku ini masih hidup aku bukan roh gentayangan. Aku Rione bukan Lalita jadi maaf maaf saja kalau aku tidak bisa menyesuaikan diri dengan kegilaan kalian.'

Helen dan Elena mematung selama beberapa saat. Bulir-bulir bening mulai meluncur mulai di pipi pucat keduanya. Melihat reaksi dua sahabat human~nya benar-benar di luar dugaan. Rione tidak tau harus mengatakan apa untuk menghapus suasana canggung ini.

'Apa aku salah bicara?'

Greb...

Elena menghambur dan langsung memeluk leher Rione dengan begitu erat. Wajahnya basah berurai air mata.

"Kami pikir kami kehilangan mu." Bisik Elena.

"Selamat datang kembali Lalita. Oh iya maaf Rione juga, senang bertemu denganmu serigala manis. Hanya itu hal terbaik yang bisa ku katakan." Tambah Helen sambil menahan tangis meski beberapa tetes telah lolos dari kelopak matanya.

'Senang berjumpa dengan kalian lagi. Sekarang mari kita buat perhitungan dengan para penyihir?'

"Dengan senang hati." Balas Helen bersemangat.

'Naiklah ke punggungku.'

'Kalian siap?' Rione memastikan.

"Ya." Balas Helen dan Elena nyaris bersamaan.

Rione berlari meninggalkan ruangan itu menuju tempat di mana Sang Ratu Kegelapan berada. Tak peduli meskipun berpapasan dengan beberapa penyihir, Rione langsung menerkam dan mencabik-cabik mereka tanpa ampun  di sepanjang perjalanannya ke balkon atas. Tujuannya di lahirkan adalah menghentikan kegelapan. Dan inilah saatnya.

***

Pasukan tengkorak yang tiada habisnya terus bermunculan. Belum lagi mayat-mayat hidup yang kini menyerang tak lagi terhitung jumlahnya. Para warrior mulai melemah sedikit demi sedikit karena kelelahan. Tengkorak dan mayat itu tidaklah terlalu berbahaya hanya saja jumlah dan keberadaan mereka yang begitu mengancam. Musuh sesungguhnya adalah witch dan Rogue yang masih sanggup mengerahkan perlawanan yang tak mudah.

Stevans meraung keras ketika satu dari beberapa mayat rogue berhasil mendaki punggungnya dan meninggalkan luka sobek yang menganga. Tak kalah buas, Stevan menghempaskan gerombolan mayat yang mengepungnya sambil sesekali mencabik-cabik mereka hingga tak lagi utuh.

Tenaga Sang Alpha nyaris mencapai batas. Namun sebanyak apapun ia membunuh mayat-mayat itu akan kembali seperti semula lalu menyerang. Netra gold cerahnya meredup. Tanpa sengaja menangkap pemandangan pilu di mana seorang warrior tewas dalam kepungan mayat hidup. Tubuhnya terpisah pisah tak lagi utuh.

Para wizard juga telah berusaha keras membuat barier pelindung sekaligus menyerang para witch karena hanya merekalah lawan yang sebanding. Erik Night juga telah mencapai batasnya. Nyaris roboh karena kehabisan energi dengan pedang yang mampu membuatnya tetap tegak berdiri.

Stevan menatap bulan. Apakah ini kegagalannya? Bukan hanya gagal menjaga mate nya, ia juga gagal menjaga kedamaian ketiga bangsa. Tanggung jawab yang begitu berat untuk ia pikul seorang diri.

Kewaspadaan Stevan kembali saat melihat Storm, serigala silver Sky nyaris ambruk dengan luka dan darah di sekujur tubuhnya. Stevans langsung menerjang dan menghempaskan beberapa mayat Rogue yang berusaha mendekati Storm. Stevan menggeram mengintimidasi namun hal itu sepertinya sama sekali tak berguna. Musuh semakin mendekat namun seketika semuanya berubah.

My Mate is White WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang