Plan

9.4K 707 45
                                    

Keadaan ruangan rahasia di gedung Utara Hallelau terasa begitu mencekam. Aura berbahaya tak henti-hentinya menguar dari tubuh tinggi besar yang membentuk otot-otot six pack kokoh yang begitu mengagumkan. Namun tidak dengan tatapannya yang begitu menusuk. Semua yang hadir dalam pertemuan kian menunduk tak berani menatap netra gold tajam yang tak mengalihkan sedikit pun perhatiannya pada Guru Besar Wizard yang baru.

Sky yang berada di samping Sang Alpha berusaha memasang gestur setenang mungkin. Berhadapan dengan Sean yang sedang marah saja sudah benar-benar merepotkan apalagi menghadapi sisi wolf-nya yang tak mengenal kompromi semenjak mengenal battle dan teritorial apa lagi hak kepemilikan.

Johanna duduk dengan tenang sambil menunggu hingga semua anggota yang di butuhkan hadir dan siap memulai diskusi penting yang ia tebak tak akan berjalan mulus. Apalagi dengan sisi serigala yang akan begitu mendominasi pertemuan ini. Di temani Elena di sampingnya membuat beban yang membelenggu Johanna terasa sedikit ringan mengingat potensi Wizard muda itu begitu menjanjikan.

Erik Night perwakilan bangsa Vampir hadir paling akhir membawa beberapa Vampir bangsawan dan panglima pertahanan yang akan sangat membantu dalam menyusun strategi. Tak lupa Helen ikut menemani di sisinya. Hubungan mereka jauh membaik setelah pernikahan Sean dan Lalita berlangsung. Sayangnya, mereka belum sempat menghabiskan waktu bersama mengingat perang besar yang berada di depan mata.

"Luna Queen berada dalam cengkraman kegelapan untuk saat ini. Penyerangan yang kita lakukan bukan hanya sekedar usaha penyelamatan tapi juga menghapus kekuatan gelap yang selama ini mengancam perdamaian." Johanna memulai.

Hening sejenak. Hanya suara ketukan jari telunjuk kanan sang Alpha King yang mengisi keheningan ruangan hingga terdengar suara deheman yang sarat akan intimidasi.

'Ya, sekarang beri aku satu alasan kenapa aku tidak boleh langsung menerkam lalu mengigit kepalamu?' ujar Stevan sarkastik sambil melempar tatapan beracun pada Johanna.

Johanna menarik nafas sejenak berusaha keras meredam emosinya sesaat yang akan sangat berpengaruh pada keputusan yang akan di ambil nantinya. Dengan berani kini Guru Besar Wizard itu menatap langsung netra gold tajam milik Alpha paling berbahaya di underworld.

"Tenanglah Alpha, Keadaan saat itu di luar kendaliku."

'Di luar kendalimu? Huh lalu kenapa kau menggiring kami melihat ramalan bodoh pembawa petaka di gua laknat itu' cibir Stevan dengan nada mencemooh.

"Tak ada yang bisa memahami benar ramalan yang akan terjadi kecuali melihat secara langsung apa yang terpahat di sana!" Perkataan Stevan sukses mengusik ketenangan yang mati-matian Johanna bangun.

"Kenapa bukan kau sendiri yang membacanya kemudian memberi tau kami." Stevan menggebrak meja dengan jengkel.

"Karena hanya pemilik ramalan yang bisa membacanya!" Sontak Johanna langsung berdiri dengan kemarahan yang nyaris meledak. Johanna duduk bersandar pada kursi sambil memijat pelipisnya. Banyak hal yang harus di pertimbangkan di saat bersamaan.

'Jika kalian tidak bisa membaca ramalan bagaimana bisa kalian dapat menyimpulkan bahwa Lalita adalah White Blood sejak awal.'

"Tulisan yang di tinggalkan Wizard sebelumnya untuk selalu memperingatkan generasi yang akan datang. Sejak awal kelahirannya Lalita telah di berkati anugerah. Kau sendiri juga merasakannya bukan. Anugerah itu juga mengalir pada dirimu. Tanda 'v' di keningmu adalah buktinya."

'Anugerah atau kutukan yang kau maksud, Wizard.' hardik Stevan dengan mata berkilat membuat ketegangan terasa semakin mencekam.

"Cukup! Kembalikan kontrol pada Alpha Sean. Aku ingin bicara dengannya!!!" Johanna nyaris kehilangan kesabaran.

My Mate is White WolfWhere stories live. Discover now