Bab 3

9.7K 1K 44
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 03

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Song Yi tidak bisa menyembunyikan kekesalannya saat kembali pulang ke kediaman Menteri Song. Wanita muda itu mendudukkan diri dengan keras di atas kursi rias di dalam kamarnya. Masih jelas dalam ingatannya bagaimana Feng Mian berlalu tanpa menoleh, melihatnya.

"Dia bahkan tidak melihatku." Song Yi bergumam, meremat saputangan sutra merah mudanya, erat. "Yang Mulia mengabaikanku."

Dayang Ling, gadis muda berusia enam belas tahun berjalan di dalam kamar Song Yi dengan nampan berisi teko dan cawan teh. "Yang Mulia hanya terlalu marah, Nona," tukasnya, sembari menuangkan teh ke dalam cawan. Uap mengepul dari dalam cangkir keramik yang kini berada di dalam genggaman tangan Song Yi. "Hamba tidak pernah melihat Yang Mulia semarah itu," tambahnya sembari memiringkan kepala ke satu sisi.

Ia menjeda, mengerjapkan mata. "Hamba mendengar desas-desus jika putri mahkota sangat bodoh, jadi hamba rasa tidak ada yang perlu Anda khawatirkan, Nona Muda karena cinta Yang Mulia sudah pasti menjadi milik Anda."

Song Yi tidak menjawab. Entahlah, ia merasa tidak yakin. Kemarahan Feng Mian terlihat seperti seorang pria yang cemburu. Yi juga tidak yakin jika Putri Lan Hua bodoh seperti desas-desus yang beredar di kalangan istana selama ini. Wanita itu jelas tidak terlihat bodoh, sebaliknya, ada sesuatu yang menarik darinya, tapi apa?

"Putra mahkota jelas sangat mencintai Anda." Ling terus saja bicara untuk membesarkan hati tuannya. "Duri diantara hubungan Anda dan putra mahkota tidak akan bertahan lama. Seseorang pasti mencabut lalu membuangnya jauh."

Song Yi tersenyum mendengar penuturan dayang muda kepercayaannya. Ling selalu saja bisa membesarkan hatinya. Perlahan hatinya mulai merasa kembali tenang. "Yang Mulia tidak akan meninggalkan aku?"

"Tentu saja, Nona Muda," jawab Ling. "Kenapa Anda meragukan cinta Pangeran Feng Mian kepada Anda?"

Embusan napas Song Yi terdengar keras. "Hati pria mudah berubah. Aku tidak tahu kapan dia akan berpaling dariku?" Song Yi kembali merasa gundah. Feng Mian calon Raja Kerajaan Wei Shu di masa depan. Pria itu pasti dikelilingi oleh banyak wanita cantik nantinya.

"Di masa depan, setelah Anda melahirkan seorang putra, semuanya akan baik-baik saja, Nona Muda," kata Ling. "Anda akan dilindungi oleh para dewa, jadi jangan takut!" sambungnya membuat Ling kembali merasa lebih baik.

Sementara itu di taman Paviliun Hong, permaisuri duduk anggun, menikmati teh hijaunya. Empat orang dayang berdiri di sisi kanan dan kiri gazebo, sementara dayang tua kepercayaan permaisuri berdiri dengan angkuh di sisi belakang kursi tuannya.

Permaisuri mengembuskan napas yang terdengar lelah. Wajahnya masih terlihat cantik di usia paruh baya. Jemari lentik itu meletakkan cawan kosong di atas meja. Kedua manik hitamnya menatap langit yang sedikit mendung di kejauhan.

"Yang Mulia bertanya kepadaku," ia memulai pembicaraan dengan nada tertata. Permaisuri mengangkat dagu, tangannya dilipat di depan dada. "Yang Mulia bertanya kenapa aku belum memanggil taizifei?" ungkapnya. Terselip nada tidak suka saat wanita itu menyebut gelar kebangsawanan Lan Hua.

TAMAT - Princess Lan HuaМесто, где живут истории. Откройте их для себя