Bab 20

5.3K 733 27
                                    

Mohon maaf lahir dan bathin ya teman2. ^^

.

.

.

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 20

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Tetesan hujan jatuh membasahi bumi. Para kasim dan dayang terlihat sangat sibuk mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.

Di dalam kamarnya, Lan Hua duduk merenung. Sesekali tangannya memasukkan kue kacang merah ke dalam mulut. Ekspresi sang putri mahkota terlihat malas saat menatap keluar jendela. Di luar, langit begitu gelap. Hujan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Di paviliun lain kakak keduanya masih beristirahat. Er Huang memutuskan untuk segera kembali ke Yuan Ming setelah lukanya membaik.

Dengan gerakan lembut Xin Luo menyodorkan teh beraroma ke depan Lan Hua. Wanita itu sedikit meragu. Mulutnya kembali ditutup kembali sembari menggelengkan kepala. Berita atau lebih tepatnya gosip yang diketahuinya pasti akan mengganggu tuannya.

"Sepertinya aku harus menyiapkan hadiah untuk tabib istana yang merawat kakakku, tapi aku belum bertemu dengannya. Kudengar dia tabib muda jenius." Lan Hua bicara tanpa semangat. Hujan yang turun sejak pagi membuatnya tidak bisa pergi kemana-mana hari ini. Karena itu dia terlihat sangat bosan.

Hening.

Kedua alis hitam Lan Hua bertatut saat dia tidak mendapatkan tanggapan dari dayang sekaligus pengawal pribadinya. "Xin Luo?"

Tidak ada jawaban.

Kening Lan Hua ditekuk semakin dalam. Tangan kanan wanita itu digerak-gerakkan di depan wajah sang abdi. Namun, Xin Luo seperti berada di duninya sendiri saat ini.

"Xin Luo?" Lan Hua memanggil untuk kedua kali. Ia menjeda, mengembuskan napas keras lalu kembali memanggil, lebih keras kali ini, "Xin Luo?"

Wanita muda di samping Lan Hua tersentak. Ekspresinya terlihat linglung. Dengan gerakan lucu Xin Luo melirik ke kanan dan ke kiri lalu ke belakang sebelum akhirnya menatap Lan Hua. "Hamba, Yang Mulia!"

Lais panjang Lan Hua berkerut. "Sikapmu aneh. Apa yang kau sembunyikan dariku?" Ia mengatakannya sembali melipak kedua tangan di depan dada. "Xin Luo?"

Panggilan penuh penekanan itu membuat si pemilik nama menelan kering. Keraguan kembali menari-nari dikedua matanya. Akhirnya dengan serak dia berkata, "Putri dari Raja Chun dikabarkan akan datang berkunjung."

Lan Hua kembali ke pose malas. Angin yang masuk melalui jendela membuatnya sedikit mengantuk. "Lalu apa hubungannya denganku?"

"Tidak ada hubungannya dengan Anda, tapi dengan Putra Mahkota."

Lan Hua melirik sinis. Di dalam otaknya dia mulai menerka kemana arah pembicaraan Xin Luo saat ini. Dan saat dayangnya itu menjelaskan lebih detail entah kenapa dia tidak terkejut.

"Putri Zin Ruo dikabarkan sangat menyukai Putra Mahkota." Ia menjeda, mengamati perubahan ekspresi di wajah tuannya, tapi nihil. Lan Hua masih mempertahankan ekspresi bosannya yang luar biasa. "Menurut rumor kedatangan Putri Ruo kali ini untuk meminang Putra Mahkota."

TAMAT - Princess Lan HuaWhere stories live. Discover now