Bab 13

8.1K 903 48
                                    

Hello everyone! Maaf ya updateannya nggak selancar minggu-minggu sebelumnya. Satu minggu ini mamaku sakit. Mohon doanya untuk kesembuhan mamaku ya, kawan2!

Terima kasih! ^^

Btw, bab ini masih didominasi sama si gesrek Er Huang yah. Hahaha

.

.

.

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 13

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Feng Mian akhirnya bisa bernapas lega saat Er Huang pergi ke tempat lain untuk membeli sesuatu. Pangeran Kedua Kerajaan Yuan Ming itu menolak untuk ditemani, dan mereka berjanji untuk kembali bertemu satu jam kemudian di tempat yang sudah dijanjikan.

Langit gelap berubah terang saat kembang api dinyalakan, menyemarakkan suasana malam. Pekikan serta suasana gembira menular cepat di sana. Penduduk kota terlihat sangat menikmati perayaan yang gegap gempita.

"Aku tebak di kerajaanmu tidak ada perayaan seperti ini." Ada nada angkuh terselip dalam nada bicara Feng Mian saat mengatakannya. Ia berdiri bersisian dengan Lan Hua, sementara Wang Shu berdiri agak jauh bersama Xin Luo di sisi kanan mereka.

Feng Mian menjeda, mengangkat satu bahu tak acuh. "Kerajaanmu tidak lebih maju bila dibandingkan dengan kerajaanku."

Lan Hua tidak langsung menjawab. Ia bahkan terlihat tidak tersinggung dengan nada mengejek suaminya. Wanita itu justru tersenyum lembut, menatap langit malam yang gemerlap. Sungguh, Feng Mian tidak menyangka istrinya akan bereaksi biasa atas ucapannya.

"Benar," kata Lan Hua, mulai bicara. Satu tangannya masih menggenggam erat batang kayu manisan buah. "Di kerajaanku perayaan tidak semeriah ini," sambungnya, "kami melakukannya dengan sederhana dan tradisional."

Ia menjeda, melirik singkat kepada Feng Mian yang tengah menatapnya dengan ekspresi serius. "Namun, kau harus melihat saat langit kerajaan kami dipenuhi oleh lampion-lampion yang diterbangkan oleh ratusan hingga ribuan penduduk kota. Tidak ada yang bisa menandingi keindahan langit yang dihiasi oleh ribuan lampion terbang."

Lan Hua kembali menjeda untuk menarik napas panjang. Tatapannya menerawang jauh. "Para keluarga dan kekasih akan bersama untuk memanjatkan doa di malam itu."

"Seperti yang kau lakukan dengan kekasihmu?" Tanya Feng Mian, sengaja memancing reaksi istrinya.

"Seperti itulah," jawab Lan Hua dengan tenangnya. Wanita itu tidak menyadari perubahan ekspresi Feng Mian yang langsung merah padam, menahan marah. Tangan pria itu terkepal erat, giginya gemeretak. Sungguh, Feng Mian ingin tahu seperti apa sosok pria yang dicintai oleh Lan Hua.

Feng Mian mendengkus. "Aku berani bertaruh jika pria itu tidak setampan parasku."

Tawa renyah Lan Hua menggema. Lirikan mengejek wanita itu semakin membuat Feng Mian jengkel. Putra mahkota menekuk wajahnya yang terlihat semakin kusut. "Ya, ya, kau memang lebih tampan darinya. Jauh lebih tampan. Aku mengakui hal itu." Jawaban itu membuat senyum Feng Mian perlahan terkembang. Ia berdeham pelan, memalingkan muka ke arah langit sementara kedua tangannya berada di belakang punggung. "Tapi pesonanya lebih besar darimu," tambah Lan Hua melunturkan kebahagiaan Feng Mian yang sempat membuncah.

TAMAT - Princess Lan HuaWhere stories live. Discover now