Prahara

49 25 29
                                    


PERINGATAN: Bab ini mengandung elemen-elemen yang menggambarkan kekerasan pada anak dalam rumah tangga. Jika kondisi psikis Anda sedang tidak stabil dan rentan terpicu, pertimbangkan ulang jika ingin membaca.


Lawan atau kawan.

Menyerang atau bertahan.

Itu cara Rashi menyederhanakan dunia.

Cara yang ia tahu, berkat tongkat rotan ayah yang mengayun badai. 

Mencetak bilur-bilur biru di punggung, kaki, dan tangan. 

Tiap lecut terdengar bagai halilintar.


Rashi masih terlalu bocah untuk paham mengapa ayahnya selalu bilang: "Anak kayak kamu tuh harus dikerasi!"

Detail ingatan masa kecilnya bolong-bolong.

Bagai dedaunan dimamah ulat.

Meranggas bersama masa lalu yang kian layu.


Dalam memori, ayahnya selalu membentak.

Hingga jantung Rashi tersentak-sentak.

Rashi masih terlalu bocah untuk tahu satu aturan dasar: orang dewasa haram dilawan.

Jerit-tangis Rashi menggelegar.

Jari-jarinya mencakar.

Berarti Rashi harus dihajar.

Agar Rashi belajar

Untuk tidak kurang ajar.


Meski selalu kalah, Rashi kecil tak sudi mengalah.

Tak sekali pun ia merengek minta ampun.

Mata sembabnya melotot kian nyalang.

Hingga ayah makin merasa tertantang.


Ibu tidak membantu.

Bersama ayah, ia justru bersatu-padu.

"Mendidik" Rashi agar jadi anak yang soleh.

Biar disayang Tuhan.

Dan tidak masuk neraka.

Biar orangtua Rashi tidak celaka.

Gara-gara Rashi yang "durhaka".


Rashi harus solat tepat waktu.

Bagai mandor, ibu mengawasi anaknya sembahyang

Tidak cukup Al-Fatihah.

Harus tambah dengan Iftitah,

juga surat-surat pendek,

karena itu sunah.

Kalau solat Rashi tuntas terlalu cepat,

ibu menyuruhnya mengulang dari awal.

Tak lupa ditambahi komentar, "Solatmu solatnya orang munafik!"


Tiap pagi Rashi sering terlambat bangun.

Kata ayah, mata-telinga Rashi dikencingi setan.

Ibu mencengkeram kerah baju Rashi hingga anak itu terguling dari kasur.

Menyeretnya beberapa senti di lantai.

Menegakkan Rashi dan menyeretnya lagi

hingga anak itu terhuyung-huyung ke tempat wudu.

Tiap maghrib Rashi mengaji demi restu.

Terbata mengeja a-ba-ta-tsa.

"Ulang!"

Bentak ibu setiap Rashi salah membaca ya' sebagai ba'.

"Ulang!"

Sentak ibu setiap Rashi salah membaca qaf sebagai fa'


Rashi lalu keluar rumah.

Jauh-jauh memilih kota demi kuliah.

Lulus, wisuda, dan bekerja.

Tak lagi kembali.

Diam-diam ia bercita-cita.

Suatu saat ia akan tersenyum di pemakaman orangtuanya.

Tema Day-3: Pemberontakan

Wordcounts: 300


Beyond The Purple Sky [RAWS FESTIVAL November 2019]Where stories live. Discover now