Slapped By Reality

56 23 11
                                    

Rashi benci otoritas. Baginya kewenangan identik dengan sewenang-wenang. Semua figur dominan mengingatkan pada sabetan rotan dan bentakan ayahnya. Dia terus melawan. Anak-anak bos geng di lingkup pergaulannya, kakak kelasnya yang sok jago, guru-guru killer-nya....

Sejak kecil impian Rashi adalah keluar, tidak saja dari rumah, tapi juga dari cengkeraman ayahnya. Menyelamatkan diri dengan jadi mandiri. Semakin besar Rashi tahu dia harus belajar berkompromi. Dia pun mulai mengejar prestasi. Tapi yang dia dapat dari ayahnya malah....

"Anak sombong! Percuma ilmumu! Percuma sertifikat-pialamu! Kamu takkan jadi apa-apa!"

Tuhan berpihak padanya. Buktinya dia langsung diterima bekerja tak lama setelah lulus dan terbang ke luar kota. Tuhan rupanya mendengar doa anak yang teraniaya.

***

Namun, di dunia orang dewasa, Rashi baru menyadari ia tak bisa lagi sembarang melawan sesuka hati. Harus sadar posisi, karena tak lagi punya tempat kembali.

Di kantor, Project Manager (PM)nya menyambut kedatangan Rashi dengan memanggilnya "Rash" yang berarti ruam. Bisa juga bermakna kurang pikir atau gegabah. Pertama kali Rashi bertanya soal instruksi proyek yang kurang jelas, PM-nya malah berkomentar, "Anak fresh graduate itu memang wawasannya kurang, ya. Nggak siap kerja."

Pandu berkata, si PM mungkin keki karena Rashi lulusan dari universitas negeri yang pernah menolaknya dulu. Benar-benar tak masuk akal. Padahal si PM sudah punya gaji dan posisi yang mapan. Masih kurang apa?

Seperti biasa, Rashi berusaha membalas dengan prestasi. Tapi PM lawan yang lebih membingungkan. Ia tak membentak, tak memukul, namun menikam dari belakang. Pencapaian Rashi tak pernah diakui. Di lembar feedback tahunan, ditulis Rashi kurang mampu bersinergi. Omong kosong. Rekan-rekan sejawatnya saja memuji.

"Pulang, Rashi. Ke keluargamu. Lalu lintas bakal padat. Tapi sekarang mungkin masih sempat," saran Pandu melalui pesan teks.

"Aku ke kamp pengungsi."

Pada akhirnya Rashi hanya bisa lari.

*
*
*

Seorang gadis berlari-lari panik di sepanjang gang rumahnya. Langit kiat ungu, namun dua adiknya malah belum pulang ke rumah.


Sumber foto: Twitter account @ikamesugorira

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sumber foto: Twitter account @ikamesugorira

Beyond The Purple Sky [RAWS FESTIVAL November 2019]Where stories live. Discover now