[Burnt] Panik

42 19 19
                                    


"Darah netes-netes kok dibiarin?!"

Omelan Windi menggema di kamar mandi. Suara air bergerojok menghantam lantai. Sungguh Windi jijik. Jijik sekali.

Aira terus menangis.

"Sebelum pulang, bersihin dulu kek yang bener!"

Windi menggosok kaki adiknya dengan busa sabun keras-keras. Entah apa pikiran tetangga saat melihat Aira menangis. Dengan titik-titik darah tercecer di belakang langkah. Mengucur dari kaki, di bawah rok. Sambil digandeng anak laki-laki....

"Malu-maluin! Enggak mikir!"

Saat mengajari Aira memakai pembalut, terdengar ketukan keras di pintu rumah. Dari balik pintu, Bu Sundari dan suaminya menatap khawatir. Mereka pemilik toko di seberang rumah. Windi pernah bekerja di sana.

"Ai kenapa?"

"Saya tahu rumah anak yang gandeng Ai tadi. Apa perlu...."

"Nggak usah!" Windi memotong tegas sambil memaksakan senyum. "Ai menstruasi. Dia bingung. Jadi pulang diantar temannya."

Ujung bibir Windi terasa kaku saat ekspresi lega mewarnai wajah pasangan suami istri itu.

***

Hari Senin, Windi bangun kesiangan. Kepalanya berat kena efek shift malam. Aira tak ada di sampingnya. Kamar Bayu kosong. Dua bocah itu berangkat ke sekolah tanpa perlu dicereweti? Kiamat pasti sudah dekat.

Butuh sekian menit mengumpulkan nyawa sebelum Windi bisa memahami deretan pesan teks dari bos pemilik minimarket. Intinya minimarket hari ini libur karena BMKG baru mengumumkan info soal badai ganas. Semua pegawai diimbau untuk segera mengungsi.

Para wali kelas Aira dan Bayu juga mengiriminya pesan. Sekolah diliburkan karena alasan yang sama. Punggung Windi langsung terasa dingin. Ia tak sempat mengecek info itu kemarin.

Windi berlari ke luar. Mencari-cari tanpa hasil. Para tetangganya ramai mengemasi barang dalam suasana yang temaram. Di atas, langit ungu menggantung seram.

Bu Sundari dan suaminya menegur. Menawarkan bantuan berkemas lalu bersama ke kamp pengungsian.

Windi menggeleng dengan mulut terkunci, lalu kembali berlari. Bu Sundari keburu mencekal tangannya.

"Kenapa?"

Windi melenguh dan berusaha berontak.

Bu Sundari tak menyerah. "Mana Bayu dan Aira?"

Tangis Windi pun pecah.

***

Wordcounts: 300. Tema Day-8: Sepi di tengah keramaian

Notes: 

I "burnt the theme" again. :( Beneran susah konsentrasi nyari rangkaian kata yang pas di sela-sela jeda persiapan tahlilan di rumah Bude.... Padahal udah bawa laptop dan berusaha ngetik. Pulang dan di rumah sudah hampir jam 12 malam....

Today I'm going outside my city until tomorrow. Kuharap aku bisa merapel tulisan hari ini dan besok. Bismillah.... 

Beyond The Purple Sky [RAWS FESTIVAL November 2019]Where stories live. Discover now