What They Thought When They Talked About Death

32 15 16
                                    

Ibu sering mengajak Windi membantu persiapan acara tahlilan para saudara dan tetangga. Windi juga kerap melayat ke rumah para teman yang kehilangan kerabat. Dirinya selalu berusaha menampakkan ekspresi wajah sesimpatik mungkin. Namun, sebenarnya, rasa asing senantiasa menyelinap di hatinya.

'Kenapa aku harus peduli?' Toh orang-orang itu jarang berinteraksi secara intens dengannya. Memori emosionalnya dengan mereka yang sudah pergi, nyaris kosong.

Tiap kali orang-orang itu memeluknya erat dan berkata, "Kalau dia ada salah, maafkan, yah...." Windi mengangguk pelan dan tersenyum kaku.

Yang ia pikirkan, 'Kesalahan yang mana? Kami bahkan nggak begitu saling kenal waktu dia masih hidup.'

Namun, melihat bagaimana orang-orang itu menangis, kehilangan separuh semangat hidup setiap usai berhadapan dengan kematian orang-orang tercinta, Windi tidak bisa tidak berpikir, 'Untung nggak terjadi padaku.'

Windi tak bisa lagi berpikiran sama waktu kematian akhirnya menjemput dua orangtuanya. Hingga kini adakalanya ia tak sanggup mengenyahkan pemikiran ini dari benaknya, 'Mungkin aku kualat.'

Pikiran itu kembali merongrong dirinya waktu membayangkan entah apa yang terjadi pada Aira dan Bayu di luar sana. Di tengah badai yang menderu-deru bagai siulan sejuta hantu.

'Apa lagi-lagi aku kualat?'

***

Satu hal yang tidak disukai Rashi dari Pandu. Tiap kali ia bercerita tentang kekejaman ayahnya di masa lalu, Pandu hanya menepuk pundaknya dan berkata, "Masih untung kamu masih ada orangtua, Nak. Lah aku?"

Seolah keluarga yang buruk selalu lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Padahal, di dunia ini semua orang punya nerakanya sendiri-sendiri.

Ayah Pandu meninggal karena kanker paru-paru. Kata Pandu, ayahnya sudah lama berhenti merokok sejak vonis itu pertama kali dijatuhkan. Tapi semua sudah terlanjur.

Sang ayah seolah menunggu sampai Pandu selesai kuliah dan diterima bekerja sebelum akhirnya dengan tenang menyerahkan tongkat estafet penyokong perekonomian keluarga.

Saat Rashi mengetahui kisah itu, dia berpikir apakah semua ayah cenderung melakukan hal yang bodoh? Dia berharap ayahnya segera melakukan kebodohan yang sama.

Beyond The Purple Sky [RAWS FESTIVAL November 2019]Where stories live. Discover now