Rencana Aira

34 16 13
                                    

Senin, 14 Oktober. Tak seperti biasa, pagi itu Bayu dibangunkan Aira. Biasanya Mbak Windilah orang pertama yang dilihatnya setiap pertama kali membuka mata tiap pagi. Aira menempelkan jari telunjuknya di bibir, dan berbisik-bisik dengan gelagat seperti maling takut ketahuan.


"Kita ke Bude Darmi. Mbak Windi yang suruh."

***

Bayu terhuyung mengikuti langkah-langkah cepat Aira. Kantuknya belum sepenuhnya sirna. Entah sudah berapa lama mereka berjalan. Rasanya tak sampai-sampai. 


Kini mereka duduk di dua ayunan yang bersisian sambil makan bekal mie instan di kotak bekal masing-masing. Area bermain itu baru dibangun di hutan kota tiga tahun yang lalu. Tempat itu biasanya lebih hidup pada hari-hari libur. Di hari biasa seperti sekarang, yang ada hanya sunyi. Waktu masih hidup, ayah-ibu sering mengajak piknik ke sana. Hiburan sederhana yang menyenangkan. Sayangnya Mbak Windi kini kelewat sibuk untuk menggiring mereka menikmati kesenangan yang sama.
"Mbak beneran inget jalan ke rumahnya bude?"

Aira menyentak, gugup. "Tahu lah! Biasanya juga sama ayah-ibu kalau mau ke rumah bude juga lewat sini. Lupa?"

Bayu terdiam. Sejak awal dia sudah merasa ada yang aneh. Tapi terlalu mengantuk dan bingung untuk kritis.

"Ngantuk...."

Aira menjawab resah, "Di bude aja. Enak. Kasurnya empuk."

"Ngantuk...." 

Badan Bayu limbung ke depan. Nyaris jatuh dari ayunan kalau bahunya tidak segera dicengkeram Aira. Titik-titik hujan berjatuhan. Kakaknya pun mengalah. Ia menggandeng adiknya ke pos satpam tanpa penjaga. Gadis itu mendongak menatap awan ungu gelap yang bergumpal-gumpal di atas sana. Dalam hati bertanya-tanya mengapa hari tak kunjung terang. Sementara itu angin mulai bertiup kencang.

***

Rashi tiba di gedung olahraga sekolah swasta terpadu yang sudah dijadikan kamp pengungsian darurat. Ia menurunkan semua barang dari mobil Kijang tua milik bapak penjaga kos yang sudah ia anggap sebagai ayahnya sendiri selama merantau. 

Keributan menyambut begitu Rashi dan bapak kosnya tiba di dalam. Seorang gadis tengah histeris. Meronta-ronta ingin menembus hujan angin demi mencari dua adiknya yang menghilang.

Beyond The Purple Sky [RAWS FESTIVAL November 2019]Where stories live. Discover now