Chapter 12 :: Cowok Ambisius

6.6K 903 34
                                    

Seharian ini Jennie capek ditanya-tanya soal hubungan Momo dan Terry yang sudah menyebar seantero jurusan, sementara oknum yang bersangkutan malah bolos kuliah.

Memang definisi teman sejati banget Momo ini.

Siapa yang buat masalah siapa yang pusing.

"Elo masa kalah sama Momo sih Jen?" kata Bintang siang itu di tengah-tengah padatnya kantin fakultas. Jennie memilih tak menggubris ucapannya.

"Gak nyangka ternyata cowok sedingin Terry suka cewek cerewet kaya Momo." Bintang berujar lagi sementara cowok di sampingnya sudah memasang wajah masam.

"Berisik amat dah lo Bin tuh liat si Roshid udah kaya mayat hidup. Frustasi amat denger Momo taken padahal belum Tentu bener juga!"

Roshid makin cemberut mendengar ucapan Jennie. Memang sudah menjadi rahasia umum kalau cowok sipit itu diam-diam naksir Momo.

"Ah sensian amat sih lo Jen kan gue cuma gak nyangka aja. Elo juga Shid baperan amat jadi cowok. Entar malem ikut gue dah biar gue kenalin sama cewek-cewek kenalan gue dari fakultas sebelah."

"Emang setan ya lo Bin!" Jennie geleng-geleng kepala.

Detik berikutnya orang yang sejak tadi mereka bicarakan tiba-tiba sudah berdiri di samping meja mereka. Menghampiri Jennie dan menyuruh cewek itu pergi dengannya. Raut wajahnya terlihat datar seperti biasa, ia sama sekali tidak terganggung dengan lirikan beberapa pasang mata penasaran yang memperhatikannya berbicara pada Jennie.

"Mau kemana Kak?" tanya Jennie tak enak hati. Pasalnya Terry lagi-lagi memergokinya yang sedang bergosip.

"Ikut aja gak usah banyak tanya!" Bintang berusaha menahan tawanya melihat Jennie yang biasanya segalak macan tampak menciut di hadapan Terry.

Dengan berat hati Jennie pasrah menuruti ucapan kakak tingkatnya itu. Ia pergi mengekor Terry setelah sebelumnya menginjak kaki Bintang sebagai pembalasan karena sudah berani menertawakannya.

"Habis ini lo gak ada kuliah kan?" tanya Terry begitu mereka sudah sampai di laboratorium Geologi. Tempat semua sampel batuan berada.

"Harusnya sih ada, tapi dosennya gak masuk." Terry ngangguk-ngangguk sambil membongkar isi ranselnya. Setelah itu ia mengeluarkan beberapa buku dan berkas-berkas yang sudah diprint out.

Jennie mengerutkan dahinya bingung. "Kak ini aku diajak ke sini mau ngapain?"

Terry tak menjawab. Ia memilah berkas-berkas yang ia keluarkan kemudian menyerahkan setangahnya pada Jennie.

"Baca ini!"

"Apaan nih kak?" Jennie semakin bingung saat melihat buku Tentang mangrove dan beberapa print out yang juga Tentang penelitian mangrove.

"Karena lo udah mutusin buat gabung sama gue dan Nayla jadi gue bakal nuntut lo buat serius. Gue ikutan lomba kali ini bukan cuma sekedar ngisi waktu luang."

Jennie meringis mendengarnya. Belum apa-apa ia sudah merasa tertekan.

"Lo pernah denger PIMNAS?"

"Pekan ilmiah mahasiswa nasional?"

"Iya, target gue bisa lolos Pimnas." Ucapan Terry mengingatkan Jennie pada mahasiswa berprestasi yang menjadi pembicara saat ia OSPEK dulu, yang Jennie ingat Pimnas itu semacam puncaknya lomba karya tulis ilmiah atau yang biasa disebut PKM 5 bidang.

Selebihnya Jennie tidak mengerti karena saat sesi itu ia malah asik ngobrol sama Momo.

Dipikir-pikir kayanya dulu Jennie salah kenalan sama orang deh, harusnya ia cari orang lain untuk dijadikan teman. Kan jadinya ia tidak usah terlibat setiap masalah yang disebabkan Momo.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang