Chapter 45 :: Kemenangan Yang Pahit

4.9K 849 113
                                    

"Jen, kemarin ada anak FIK nanyain lo. Minta nomor whatsapp lo katanya." Momo membuka percakapan begitu ia dan Jennie sampai di kantin fakultas.

"Ganteng gak?"

"Mayan lah. Lo tau sendiri kan anak FIK kek gimana."

Jennie ngangguk-ngangguk tanpa minat. Sejak ia jadi mahasiswa pengangguran, banyak cowok yang mulai mendekatinya walau kebanyakan dari teman Momo dan Bintang karena dia memang lebih sering menghabiskan waktu dengan mereka.

Namun Jennie sama sekali tidak tertarik. Terhitung sudah tiga bulan sejak acara makan-makan di kosan Terry, dan dalam kurun waktu itu pula yang membuat Jennie sadar bahwa ia punya perasaan lebih pada Terry, walau sampai saat ini ia enggan mengakuinya secara gamblang.

Sadarnya Jennie saat ia tiba-tiba sering memikirkan Terry, tiba-tiba kangen atau tiba-tiba sudah stalking akun media sosialnya walau ia tidak mendapatkan apapun di sana karena Terry memang bukan tipe orang yang suka bermain media sosial. Stalking akun teman-temannya malah lebih berguna.

Momo belum tahu soal ini, kalau tahu sudah pasti dia akan sangat heboh. Bintang apalagi, dia pasti akan menyuruh Jennie untuk segera memposting fotonya dengan caption menyebalkan karena pada kenyataannya Jennie kalah taruhan.

Sebenarnya bukan mau Jennie jatuh hati pada Terry, tapi rasa itu tumbuh setelah mereka sering menghabiskan waktu bersama. Rasa yang timbul karena terbiasa bukan karena kagum akan ketampanan semata, walau wajah Terry memang punya nilai plus sih.

"Gue kasih nggak nih?" tanya Momo kemudian karena Jennie tak menanggapinya lagi.

"Fakboi gak? kalau iya gue skip."

"Kaga sih kayanya, tapi gak tau juga."

"Yaudah deh kasih aja, kalau resek tinggal gue blok."

Momo tersenyum lebar lalu segera mengirimkan nomor Jennie kepada cowok yang tadi ia bicarakan. Sambil mengoceh ia sibuk membalas pesan-pesannya yang lain, tapi mendadak berhenti ketika tak mendapat respon dari Jennie si lawan bicaranya.

"Jen?" Momo melirik Jennie dan mengerutkan dahi ketika mendapati sobatnya itu malah bengong sambil menatap ke satu titik. Lantas Momo mengikuti arah pandangnya, seketika kerutan di dahinya semakin bertambah kala ia melihat sosok Terry dan teman-temannya yang menjadi pusat perhatian Jennie sekarang.

"Lo ngapain ngeliatin Kak Terry?" Jennie mengerjap begitu nama Terry keluar dari mulut Momo.

"Hah, apaan? Siapa yang ngeliatin." Buru-buru Jennie mengalihkan pandangan dan pura-pura sibuk mengaduk gula dalam es tehnya.

"Lo kangen Kak Terry ya?" tebak Momo.

"Ngapain gue ngangenin dia dih."

"Ehmmm?" Momo menatap Jennie curiga. Sedangkan yang ditatap memilih pura-pura tidak menyadari.

"Kan dulu lo sering jalan sama Kak Terry, ya wajar aja sih kalau lo kangen."

"Gak. gue gak kangen!" tegas Jennie masih mencoba mengelak. Sialnya objek pembicaraan mereka malah berjalan mendekat bersama kedua temannya dan salah satu dari mereka menyadari kehadiran Jennie.

"Eh, Jennie," kata sosok bertubuh tinggi. Dia adalah Johnny.

"Eh, hallo Kak!" Jennie tersenyum canggung.

Yudha dan Terry yang sebelumnya berjalan di belakang Johnny refleks ikut berhenti. Yudha melempar senyum pada Jennie, sementara Terry hanya menatapnya sekilas kemudian berujar, "Jangan kebanyakan makan gorengan, gak baik!"

Setelah itu dia berlalu duluan diikuti kedua temannya. Meninggalkan Jennie yang terbengong mencerna ucapan Terry dan Momo yang senyum-senyum senang karena bisa cuci mata setelah melihat ketiga cowok ganteng sekaligus.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang