Chapter 51 :: Heart attack

6K 881 91
                                    

Terry tidak pernah main-main dengan ucapannya, termasuk meneror Jennie dengan segala jurnal dan literatur yang pernah dia bahas sebelumnya. Sampai-sampai, Jennie sekarang merasa jadi orang paling rajin sedunia. Terry juga menepati janji soal reward yang akan diberikannya setiap Jennie sudah membaca lima jurnal.

Kalau kalian mengira Terry akan memberikan sesuatu yang mahal atau romantis itu salah besar karena Terry tidak mungkin melakukan hal itu. Terry hanya akan mengajak Jennie ke sebuah tempat yang belum pernah Jennie kunjungi sebelumnya.

Jangan bayangkan adegan romantis akan terjadi, karena jalan dengan Terry rasanya seperti sedang mengikuti edu-wisata. Terry tidak akan memakaikan jaket kepada Jennie seperti adegan yang sering muncul di novel atau film romantis saat si cewek kedinginan, karena Terry akan lebih dulu mengingatkan Jennie untuk membawa jaket.

Alih-alih mengeluarkan kata-kata manis, Terry justru akan mengatakan, "Lo tau gak sejarah tempat ini?" atau "Menurut lo berapa suhu permukaan di sini?"

Pokoknya Terry itu lain dari cowok pada umumnya. Namun, Semenyebalkan apapun Terry tidak bisa membuat Jennie benci pada dirinya karena sejatinya semua ucapan Terry memang benar adanya.

Pepatah yang mengatakan kalau cewek selalu benar tidak berlaku bagi Jennie, karena nyatanya di mata Terry Jennie yang selalu salah (apalagi kalau soal proposal skirpsi). Meski begitu, sekeras apapun perasaan Jennie dihempaskan dengan kata-kata pedasnya, hal itu malah membuat Jennie jadi cewek super sabar.

Maka dari itu ketika hari wisuda Terry tiba, Jennie berhasil menyelesaikan draft proposal skripsinya dan sudah ia print rapi untuk dipersembahkan kepada yang mulia Terry. Orang tua Jennie mungkin akan bangga jika mendengar hal ini.

"Selamat ya Kak," ucap Jennie kala itu ketika datang ke acara wisuda Terry sendirian karena Momo tidak bisa menemami dengan alasan nggak mau jadi orang ketiga.

"Padahal kayanya baru kemarin kita dateng ke wisudanya Kak Taufiq, sekarang Kak Terry yang udah wisuda."

"Itu udah beberapa bulan yang lalu."

"Iya sih, tapi nggak kerasa aja."

"Tahun depan lo nyusul." Jennie langsung meringis. Buru-buru ia mengalihkan topik pembicaraan.

"Keluarga Kak Terry pada dimana? Nggak ke sini?"

"Lagi pada neduh di sana!" Terry menunjuk sekumpulan orang yang berada tak jauh dari mereka, sedang duduk-duduk manis di bawah pohon sambil mengipasi wajah mencoba bertahan di tengah panas cuaca Semarang siang itu.

"Ngapain nanya?" tanya Terry.

"Nggak apa-apa hehe, abisnya Kak Terry sendirian."

"Tadi ada Nayla di sini, tapi dia pergi nemuin Jebi."

"Kak Jebi juga wisuda?" Jennie kaget. Jujur saja dia sudah lama tidak mendengar kabar cowok itu.

"Iya."

Ketika keduanya sedang asik mengobrol, nama Terry tiba-tiba dipanggil oleh salah satu orang yang berada di kerumunan keluarganya. Orang itu melambaikan ponselnya sambil menyuruh Terry untuk menghampirinya.

"Ayo!"

Jennie mengerjap bingung. "Ayo kemana?"

"Ketemu keluarga gue."

"Hah? Ngapain?"

"Mau gue kenalin." Jennie belum sembuh sepenuhnya dari rasa kaget saat Terry tiba-tiba menariknya.

Keluarga Terry juga tampak terkejut. Terlebih cowok yang tadi memanggilnya. Ia sampai lupa dengan tujuan awalnya memanggil Terry.

"Widih, siapa nih Ter?" tanya cowok itu.

Yestoday [END]Where stories live. Discover now