Chapter 26 :: Minggu Tenang

5.3K 874 67
                                    

Di kampus Jennie, sebelum UAS biasanya akan ada yang namanya minggu tenang, yaitu kegiatan perkuliahan diliburkan satu minggu dengan tujuannya untuk mempersilakan para mahasiswanya belajar, tapi nyatanya malah banyak digunakan untuk pulang kampung dan quality time bareng keluarga atau pacaran bagi kaum diluar jomblo.

Tak terkecuali Momo yang memutuskan pulang meninggalkan Jennie sendirian. Sampai ia kebosanan karena tak ada teman yang bisa diajak bermain.

Bintang pergi muncak bersama anak-anak Mapala, sementara teman-temannya yang lain Jennie tidak tahu. Toh, ia memang tidak begitu dekat.

Seharian Jennie cuma rebahan di kos sambil mantengin channel youtube Gritte Agatha dan Korea reomit. Sampai matanya panas dan kelelahan karena terus menatap layar ponsel tanpa jeda.

Ia baru keluar kos ketika sadar bahwa sudah tak punya satu cemilan pun yang tersisa di kos-kosannya. Maka dengan ogah-ogahan, Jennie beranjak menuju minimarket terdekat.

Sewaktu Jennie sedang membeli cemilan, ia tak sengaja berpapasan dengan Jebi. Seketika Jennie merasa dejavu. Dulu mereka juga pernah berpapasan seperti ini, bedanya waktu itu mereka belum begitu dekat—walau sekarang juga tidak bisa dikatakan dekat sih.

"Gak pulang Jen?" tanya Jebi menghampiri Jennie yang semula sibuk memilih rasa snack yang akan dibelinya.

"Nggak Kak, liburnya cuma seminggu males di jalan," terang Jennie. Jarak antara rumah dan kampusnya memang cukup jauh sampai lintas provinsi. Butuh waktu tujuh jam lebih menggunakan kereta api dan Jennie terlalu sayang jika harus membeli tiket pesawat yang harganya tentu saja lebih mahal.

"Kak Jebi sendiri nggak pulang?"

"Males juga." Jennie hanya bergumam oh pelan.

"Lo ada kegiatan gak minggu ini?"

"Nggak Kak, kenapa emang?"

"Mau ikut ke Yogya gak bareng temen-temen gue?" Jennie menatap Jebi kaget. Wajar saja, ia tidak pernah mengira akan mendapatkan ajakan seperti itu dari seorang Jebi. Terlebih kenapa tiba-tiba sekali? Seingatnya Nayla pulang kampung jadi seharusnya tidak ada alasan bagi Jebi untuk menemuinya.

"Eh, nggak deh Kak. Aku kan gak kenal sama temen-temen kak Jebi."

"Sama anak-anak asprak kok. Terry juga ikut kayanya." Mendengar nama Terry membuat Jennie semakin enggan untuk ikut. Ia tidak mau menghabiskan minggu tenangnya dengan ocehan Terry.

"Aku kan bukan asprak."

"Emang bukan, tapi anak-anak lain banyak yang bawa pacarnya dan lo tau sendiri gue baru aja putus dari Nayla."

"Kak Terry juga sendiri."

"Lo nyuruh gue barengan sama dia?"

"Bu-bukan gitu maksudnya." Jennie mendadak salah tingkah. Ia tahu betul kalau Jebi tidak menyukai Terry dan hubungan diantara keduanya memang jauh dari kata baik.

"Makanya lo ikut aja. Lagian lo mau ngapain di kos juga? Abis pulang dari Yogya gue bantuin belajar deh, gue masih ada soal-soal UAS dari semester satu."

Sebenarnya Jennie ingin menolak, tapi saat melihat ekspresi Jebi ia jadi tidak berani mengutarakannya. Alhasil ia malah bertanya, "Emangnya berangkat kapan?"

"Besok!"

"Hah? Dadakan banget."

"Gak masalah kan? Lo cuma perlu bawa baju ganti doang. Kita rencana pergi dua hari terus nanti ngecamp di pantai. Alat-alatnya udah ada yang nyiapin."

"Motoran?"

"Iya, nanti lo boncengan bareng gue." Jennie kembali terdiam tak nyaman. Bagaimana cara menolaknya ya?

Yestoday [END]Where stories live. Discover now