Chapter 14 :: Sandaran

6.8K 985 70
                                    

Berkali-kali Jennie berusaha menahan rasa kantuk yang terus menyerangnya. Ia menggelengkan kepala lalu meneguk air putih untuk kesekian kalinya. Setelah itu ia mencoba kembali fokus dengan layar laptop di pangkuannya. Di sebelahnya Terry masih sibuk memilah data sekunder yang akan mereka pakai sebagai acuan penelitian.

Sementara Nayla ijin keluar sejak satu jam yang lalu karena sang pacar tiba-tiba menjemputnya dan ia sedang tidak mood untuk bertengkar, karena itulah ia memilih menyetujui ajakan Jebi.

Beberapa menit kemudian jari-jari Jennie berhenti bergerak. Punggungnya bersandar pada tembok dengan mata yang sudah terpejam.

Terry yang berniat memberikan tugas baru pada Jennie mendadak diam melihat cewek itu tertidur. Refleks kepalanya geleng-geleng.

Tadinya Terry ingin membangunkannya, tapi urung ketika melihat wajah lelah Jennie. Entah apa yang sudah gadis itu lakukan seharian ini sampai terlihat sangat lelah begitu.

Akhirnya Terry membiarkan Jennie tertidur sebentar sambil memesan makanan lewat aplikasi ojek online. Kebetulan mereka memang belum makan malam karena tadinya Nayla yang akan membelikannya, tapi sepertinya cewek itu pergi lebih lama dari yang ia duga.

Tiga puluh menit berlalu saat makanan pesanan Terry datang. Ia segera mengambilnya setelah memberikan beberapa lembar uang kepada si pengemudi.

"Jen!" panggil Terry sambil mengguncangkan bahu Jennie, tapi bukannya bangun tubuh Jennie malah merosot ke samping dan hampir jatuh kalau Terry tidak buru-buru menahannya.

"Pules banget tidurnya," gumam Terry membuatnya kebingungan sendiri. "Yaudah lah gue kasih waktu tambahan 10 menit, abis itu gue bangunin!"

Terry menarik tubuh Jennie dan menyandarkannya pada bahunya selagi ia memeriksa perkerjaan Jennie.

Kurang dari satu menit ia tiba-tiba tertawa. Pekerjaan Jennie memang rapi, tapi mulai berantakan di akhir-akhir karena sepertinya dia sudah mulai ngantuk.

Mending jika hanya berantakan saja, ini lebih parah karena isinya ngawur. Bagaimana bisa ada kalimat 'Pak Edi menandatangani proposal kepada wakil dekan' dalam kajian teori yang Tengah dibuatnya. Mana banyak typonya pula.

Kalau Jennie dalam keadaan sadar mungkin Terry sudah mengomelinya, tapi yang ia lakukan sekarang malah tertawa geli sambil sesekali menggelengkan kepalanya.

Namun tawanya tak bertahan lama. Karena ketika ia merasakan pergerakan Jennie di bahunya, ia langsung kembali memasang wajah datar.

"Eh, maaf Kak aku ketiduran," ujar Jennie panik. Dalam hati ia merutuki kebodohannya. Bisa-bisanya ia tertidur, bersandar pada Terry pula.

Ingin rasanya Jennie menghilangkan diri saja saking malunya.

"Nih kerjaan lo, ngaco banget dah!" Terry menyerahkan kembali Laptop Jennie yang tadi diambilnya tanpa ijin.

Jennie menerimanya dan langsung membaca hasil kerjaannya lalu melotot kaget membaca beberapa kalimat absurd yang tanpa sadar diketiknya.

"Astaga kok gue ngetik gini?" Terry mencoba menahan tawanya saat melihat ekspresi Jennie yang heran sendiri dengan dirinya.

"Makan dulu tuh biar bisa fokus lagi. Gue beli seblak doang tapi. Kalau beli nasi gue jamin lo nggak mau makan." Kepala Jennie menoleh pada Terry saat mendengar cowok itu berujar sambil menunjuk kantong kresek di depannya.

Tanpa tahu malu Jennie menuruti ucapan Terry. Ia mengeluarkan isi dari kantong kresek tersebut dan langsung menyerahkan salah satunya begitu melihat ada dua porsi seblak di sana.

"Berapa kak? biar aku ganti."

"Nggak usah!" jawab Terry. Harga dirinya sebagai cowok akan terluka kalau soal seblak saja ia sampai minta ganti pada seorang cewek.

Yestoday [END]Where stories live. Discover now