Chapter 35 :: Perjalanan

5.4K 831 92
                                    

Sejatinya, semua hal yang berkaitan dengan PKM membuat Jennie stres serta menyita banyak waktunya. Jennie yang tadinya hanya sekadar mahasiswa kupu-kupu mendadak rajin bolak balik perpustakaan, ruang dosen dan membaca berbagai literasi yang sesuai dengan tema penelitiannya.

Sebulan terakhir ini fokus Jennie hanya untuk PKM. Dari mulai pembuatan media edukasi, menyiapkan materi sosialisasi, pembutan poster, pamflet dan konsultasi angket beberapa kali dengan dosen pembimbing.

Tentu saja Jennie tidak kerja sendiri, Terry sebagai ketua tim sebisa mungkin membagi jobdesc seadil-adilnya dan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ia juga harus siap membackup anggotanya bila terjadi sesuatu.

Berulang kali Jennie ingin menyerah karena ia tidak terbiasa bekerja dibawah tekanan seperti itu, namun berulang kali juga Terry berhasil membuat semangatnya bangkit kembali. Karena diluar dugaan, akhir-akhir ini sikap Terry melunak. Entah karena ia mencoba menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan tidak ingin membuat Jennie semakin stres, atau inilah sikap Terry sebenarnya.

"Kita jalanin sesuai rencana. Nanti Nayla sama gue yang ngisi sosialisasi sedangkan lo bagian bagiin angket sama dokumentasi," ujar Terry malam itu saat checking akhir sebelum berangkat ke lokasi penelitian.

"Semua perlengkapan udah gue cek, kita tinggal berangkat besok malem jadi sekarang kalian istirahat aja, besok pagi kita masih harus pamitan sama dosbing dulu."

Jennie dan Nayla mengangguk patuh. Mereka terlalu lelah untuk mengutarakan pendapat atau sekadar menyela.

"Gue masuk duluan deh, ngantuk banget." Nayla berdiri setelah mendapat anggukan dari Terry kemudian menyeret langkahnya menuju kamar kosnya.

"Lo juga cepet istirahat sana!"

"Ini nggak ada yang kurang lagi kan Kak?"

"Nggak kok, semua yang kita perluin udah gue packing."

Wajah Jennie sudah tampak suntuk, tapi ia tetap di sana membantu Terry membereskan barang-barangnya. Ia bahkan mengantar cowok itu sampai depan.

"Hati-hati Kak."

Terry tersenyum di tengah wajah lelahnya. "Thanks ya Jen."

Dahi Jennie mengernyit. "Buat?"

"Udah gak nyerah dan tetep ikut bantuin kita." Jennie membalas senyum Terry sambil mengangguk pelan.

"Harusnya aku yang bilang makasih karena udah ngebolehin aku gabung, padahal aku gak begitu kompeten, tapi aku dikasih kesempatan buat ngerasain pengalaman yang luar biasa ini."

"Bagus deh kalau lo mikir kaya gitu, tapi jangan lengah dulu karena perjalanan kita masih jauh."

"Siap!"

"Udah sana masuk terus istirahat. Jangan lupa cek barang-barang pribadi sebelum berangkat besok." Jennie kembali mengangguk dan membiarkan Terry pergi lebih dulu dengan sepeda motornya.

Setelah itu barulah ia melangkah naik ke lantai dua menuju kamarnya. Sampai sana Jennie langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan dalam hitungan menit ia sudah berlabuh ke alam mimpi. Jennie benar-benar lelah.

Keesokan harinya setelah berpamitan dengan dosen pembimbing di pagi hari, Terry kemudian menjemput Jennie dan Nayla pada malam harinya. Salah satu teman Terry yang bernama Johnny terpaksa harus jadi supir dadakan dan mengantar mereka bertiga ke stasiun.

"Good luck Ter, jangan lupa balik bawa oleh-oleh," ujar Johnny sambil melambaikan tangan, tapi Terry malah membalas, "Iya, gue bawain baju kotor!" bikin Johnny ingin melempar botol minum yang ada di mobilnya.

Yestoday [END]Where stories live. Discover now