Chapter 39 :: Dibalik Sebuah Alasan

4.9K 830 54
                                    

Sepertinya Jennie akan menghabiskan sisa semester ini dengan mengurus PKM kelompoknya. Terbukti satu bulan tetakhir ini lagi-lagi ia hampir stres saat mengolah data hasil lapangan mereka. Belum lagi membuat artikel dan jurnal yang mana Jennie belum pernah membuat sebelumnya.

Terry dan Nayla mengajarinya banyak hal meski disamping itu juga ia terus mendapat omelan dari Terry, tapi sekarang ia sudah sangat terbiasa. Keuntungan lain yang ia dapat sejak bergabung dengan Terry adalah beberapa dosen mulai mengenal Jennie tanpa ia harus repot-repot cari muka.

Selain itu anak-anak di kelasnya juga tak lagi mencari gara-gara dengannya sejak Terry membelanya beberapa waktu lalu. Meski Fika dan Erin masih sering menatapnya sinis, kalau kata Bintang sih biarin aja mereka cuma iri dan Jennie setuju untuk mengabaikan mereka, apapun yang akan terjadi padanya Bintang dan Momo akan selalu maju paling depan untuk membelanya. Terlebih sekarang ia punya Terry dan Nayla.

Soal Jebi, cowok itu juga sedang sibuk dengan PKM kelompoknya, tapi hubungan mereka sekarang lebih baik. Kadang saat tak sengaja berpapasan, mereka akan mengobrol ringan atau jika sedang buru-buru hanya menyapa singkat sambil tersenyum. Jebi sudah tidak pernah lagi membahas Nayla ataupun Terry. Jebi bilang dia ingin berteman dengan Jennie dan tentu saja Jennie tidak bisa menolaknya, walau kadang ia waswas jika Terry memergokinya saat sedang bersama Jebi.

"Ini kok gak beres-beres sih," keluh Jennie malam itu ketika ia, Terry dan Nayla sedang berkumpul. Kedua kakak tingkatnya masih sibuk mengolah data, sementara Jennie karena bagiannya sudah selesai ia memilih untuk mengerjakan laporan praktikum meteorologi dan klimatologinya ketimbang kembali ke kamarnya duluan.

"Laprak metklim masih gampang loh Jen, tuh laprak geo tanah gue belum kesentuh sama sekali. Mana banyak banget lagi!" Nayla menimpali sambil menunjuk tumpukan kertas folio dipojok yang masih kosong, baru tertulis judul dan nama saja.

Jennie meringis membayangkan dua semester kedepan ia masih harus menggeluti laporan praktikum yang ditulis tangan. Bisa-bisa lulus dari sini jari-jarinya bengkok karena keseringan nulis dengan jumlah yang tidak manusiawi.

"Kerjain aja, ngeluh gak akan bikin laprak lo kelar!" celetuk Terry tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.

Jennie lantas mengerucutkan bibirnya dan menatap Terry sinis. Dasar manusia tidak punya empati. pikir Jennie tanpa berani mengutarakannya langsung.

"Kakak-kakak istirahat dulu yuk? Pesen makan gitu." Akhirnya Jennie memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan saat perutnya berbunyi pertanda harus segera diisi.

"Sana Ter temenin Jennie makan, lo juga belum makan dari siang kan tadi cuma makan bubur kacang ijo doang."

"Pesen gofood aja Kak."

"Jangan, kalian makan diluar aja sana jangan depan gue. Gue lagi diet!"

"Lo diet lagi Nay?" Terry langsung menatap Nayla penuh selidik sedang yang ditatap cuma nyengir.

"Nay?"

"Ini gue cuma gak makan di atas jam delapan aja kok, selain itu makan gue teratur," bela Nayla. Waktu semester dua dulu saat Nayla sedang menjalani program diet versi dirinya sendiri, ia tepar dan berakhir masuk rumah sakit. Karena itu kadang Terry sangsi kalau melihat Nayla diet.

"Beneran?"

"Iya serius Ter, udah sana kalian makan dulu mumpung masih jam sembilan."

Yestoday [END]Where stories live. Discover now