9. Confusing Husband

3.6K 577 103
                                    

Aku update lebih cepat karena seneng sama tanggapan kalian di part sebelumnya. Idgaf with siders atau yang komen next lanjut doang.

***

Seungwan sudah terbangun ketika jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul enam pagi. Sebenarnya dia berdoa dalam hati agar Chanyeol belum bangun. Omong-omong soal pria itu, Seungwan betulan dibuat kesusahan tidur semalam. Jantung Seungwan yang terus berdegup kencang selama Chanyeol memeluknya membuat matanya enggan untuk terpejam.

Sampai beberapa jam setelah ia yakin bahwa Chanyeol sudah tidur, barulah Seungwan mengangkat bantal dan guling untuk berpindah ke kamar sebelah.

Sepertinya dia cukup sial karena selama berada di rumah Tuan Kim, Seungwan tidak pernah tahu kapan jam bangun pria itu.

"Sudah bangun, Sayang?"

Seungwan tersentak. Ia kemudian menoleh ke arah pintunya yang sudah sedikit terbuka. Wajah Seungwan kemudian menunjukkan senyum tipisnya.

"Bibi, kapan datang?"

Seungwan menyapa lembut begitu ibu mertuanya berjalan masuk ke kamarnya. Ah, ibu mertua, ya? Seungwan baru ingat bahwa semalam dirinya melihat cincin pernikahan mereka melingkar pada jari manis Chanyeol. Jari tangan Chanyeol yang menindih tangannya membuatnya merasa begitu hangat.

Anggap saja Chanyeol memberinya bonus semalam. Pria itu sudah mau bersusah payah mengurusi semua kebodohan yang Seungwan lakukan, lalu pria itu juga membuatnya merasa lebih baik.

"Belum lama, aku datang dengan Jung Euna karena suamiku sedang rapat."

Bibi Kim mendekat. Duduk di samping Seungwan, di pinggir kasur wanita itu.

"Mandilah, Jung Euna sedang menyiapkan sarapan," ucap Bibi Kim yang langsung diangguki Seungwan.

Sebenarnya Seungwan memiliki seorang ibu. Seorang wanita tua yang sudah tinggal bersamanya dan merawatnya sejak lama. Seungwan begitu merindukannya. Sehingga jika Bibi Kim memperlakukannya dengan lembut, Seungwan merasa senang sekali.

Wanita itu tidak butuh waktu lama untuk mandi. Seungwan bahkan memakai pakaiannya di kamar mandi. Sepertinya itu memang pilihan yang bagus, karena nyatanya Bibi Kim masih berada di kamarnya.

"Bibi yang membersihkan?" tanya Seungwan begitu dirinya baru keluar dari kamar mandi dan mendapati Bibi Kim selesai melipat selimut putih bekasnya semalam.

Bibi Kim mengangguk. "Tidak apa, kita harus ke meja makan lebih cepat."

Seungwan tidak sempat memberi protes karena Bibi Kim langsung menariknya menuju meja rias yang sudah tertata berbagai alat make up di sana.

Tunggu, Seungwan tidak ingat kapan dia membawa semua barang dan menatanya. Pasti Bibi Kim yang melakukan semua itu. Mengingat wanita tua itu sangat baik pada Seungwan, memperlakukannya bak putrinya sendiri.

"Dulu aku ingin melahirkan seorang putri," ucap Bibi Kim sembari menyisir rambut Seungwan. "Chanyeol juga ingin. Dia ingin adik perempuan. Sayangnya, bukan takdir kami untuk memiliki anak perempuan."

Seungwan tersenyum tanpa menimpali perkataan Bibi Kim. Wanita paruh baya itu masih asik menyisir rambut Seungwan yang tidak basah. Seungwan memutuskan untuk tidak keramas karena pasti butuh waktu lumayan lama untuk mengeringkannya.

"Makanya Chanyeol sangat menyayangi perempuan. Dia bahkan tidak membiarkanku sakit, sedikit saja."

Bibi Kim bercerita sembari tersenyum. Sementara Seungwan ikut menarik sudut bibirnya.

"Sudah, kau suka?" Seungwan mengangguk. Bibi Kim menjepit bagian atas rambut Seungwan. Sementara bagian bawahnya dibiarkan terurai. Ia sempat mengatakan bahwa gaya rambut seperti itu adalah favoritnya ketika muda.

Bite The Bullet ✔Where stories live. Discover now