21. A Coward

2.9K 506 113
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Kau sudah meminta izin pada suamimu?"

Aku menggeleng. Pertanyaan Lucas sebenarnya tidak lucu, tapi entah kenapa aku malah tertawa. Maksudku, kenapa aku harus meminta izin pada Chanyeol? Pria itu bahkan tidak peduli padaku.

Dua hari sebelumnya aku berpikir bahwa Chanyeol mungkin akan berubah. Tapi setelahnya, aku tetap ditampar oleh kenyataan bahwa aku tidak sedang berada di alam dongeng. Hanya karena Chanyeol bersikap baik padaku hari itu, bukan berarti dia akan berubah sepenuhnya, kan?

Lagipula aku juga sadar. Dua orang yang tidur bersama tidak membutuhkan rasa sayang, hanya nafsu. Ya, hanya itu.

Maka kenapa juga aku harus berharap terlalu besar agar Chanyeol menjadi begitu baik setelah apa yang terjadi pada kami malam itu?

"Aku mau ayam goreng," kataku pada Lucas.

Bukannya meninggalkanku untuk mengambil ayam goreng, pria yang lebih muda dariku itu menatapku dengan alis yang mengkerut. "There is something wrong with you," katanya.

"Apa mak--"

"Well, I don't know what you've been through after your marriage but I'm sure that you're not that happy, right?"

Aku berdecak singkat. Mataku berotasi malas karena kata-kata Lucas. Bocah ini seperti dukun yang selalu menebak-nebak keadaanku. Sialnya, itu nyaris benar.

"Aku mendapatkan cokelat dan bunga setelah valentine, we both had romantic sex, dan besoknya Chanyeol memasak untukku." Aku menatap Lucas. "Apa menurutmu aku tidak bisa bahagia karena itu?" tanyaku dengan nada kesal sekali.

"Kau bertindak seakan-akan kau bahagia padahal tidak," jawabnya kemudian yang malah membuatku merasa tertohok. Benarkah begitu? Tapi aku selalu menekankan pada diriku bahwa aku baik-baik saja. Aku mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan, dan aku memberi apa yang seharusnya aku beri.

Semuanya normal, menurutku.

"Well, I'll go--"

"Ayam goreng pakai minuman atau tidak?" Lucas langsung merampas tas hitam yang sudah kutarik. Dia kemudian tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-giginya. "Sorry, aku kan hanya khawatir. Namanya juga teman. Siapa tahu kau betulan tidak bahagia, kan?"

"Memangnya kalau aku tidak bahagia, kau mau apa?" tanyaku malas. "Menghajar Chanyeol, mengirimnya ke neraka, atau apa?"

Lucas lantas tertawa. "Tidak melakukan apa-apa hehe."

Setelah berkata begitu, pria itu langsung membungkus ayam goreng untukku.

"Pasti makan di rumah, kan?" Aku mengangguk. Sebenarnya pertanyaan Lucas sebelumnya memang wajar. Mengingat aku masih di sini saat jarum jam jelas menunjukkan ini sudah pukul 10 malam lewat. Beberapa menit lagi menuju pukul 11.

Bite The Bullet ✔Where stories live. Discover now