part.2

53 4 6
                                    

(Flashback).

Aaa ... aaa ... aaa ....

Sasha berteriak sepuasnya. Hanya di tempat ini ia bisa meluapkan kekesalan di hati. Kenapa pula harus bertemu dengannya lagi, sedangkan puing-puing kenangan sudah ia musnahkan dari ingatan.

Brukkk ....

Terdengar suara benda yang jatuh dari dalam gudang. Ruangan gelap yang berada di sudut atap gedung kampus yang hampir tidak pernah didatangi orang. Tempat itu biasanya tempat menyimpan perkakas baru dan barang-barang yang jarang terpakai.

“Siapa? Ada orang di dalam?” teriak Sasha saat berada di depan gudang.

“Lu, siapa?” teriak dari dalam. Suara seorang pria.

“Lu, orang, bukan?” tanyanya, lagi.

“Lu pikir, setan?”

“Buka, ih. Ngapain di dalam gudang.” teriak Sasha meraih gagang pintu.

“Pergi, lu. Jangan berisik.” teriaknya lagi.

"Lu, siapa? Buka dulu pintunya!” Sasha berusaha mencoba membuka pintunya, tapi tidak bisa. Terkunci.

“Nggak usah ganggu, bisa?” bentaknya.

“Buka dulu, elahhh. Gue mau tau, lu siapa?”

“Heh, penasaran banget.”

“Bodo amat. Gue penasaran, orang model gimana yang demen ngumpet di gudang gelap," ucapnya, seraya mencoba membuka pintu, tapi tetap tidak bisa.

“Gue, setan. Puas lu!” teriaknya lagi.

“Astafirullahal’adzim. Buka dulu sih.”

“Malas ... pergi sana. Jangan ganggu gue."

“Gue nggak akan pergi, sebelum liat wajah lu!”

"Cewek, memang ngeselin."

"Bodo ... buruan buka!"

Ceklek ....

Pintu terbuka dari dalam. Perlahan cahaya terang terpancar saat pintu gudang terbuka. Sosok lelaki tinggi berada di sana. Hidung mancung aduhai, rambut yang disisir rapi, bibir tipis merah muda, serta tatapan tajam menatap lurus ke wajah polos Sasha, dari balik lensa kacamatanya.

Dia Arash Rizky Aditya.  Pangeran kampus yang dikenal dingin. Siapa pun pasti mengenalnya. Jago maen basket, IQ di atas rata-rata, memiliki wajah rupawan yang dipuja seluruh mahasiswi kampus, bahkan dosen wanita selalu memuji ketampanannya yang merupakan blasteran Aceh-Jawa. Hitam manis, sempurna.

“lu, siapa?” tanyanya seraya membersihkan kacamata dengan ujung baju yang dikenakan, membuyarkan lamunan gadis itu.

“Gue, Sasha.”

“Jadi, lu yang selama ini ganggu tidur gue?”

“M-maksud ...? Tidur?”

“Hummm ....”

“Gue nggak ngerti maksud, lu.”

“Yang suka teriak-teriak di sini siapa emang kalo bukan lu?” serunya dengan nada kesal.

“Gue nggak paham.”

“Ck ... ya udah kalo nggak paham. Lain kali kalo ada masalah, nggak usah teriak-teriak di sini. Malu, lebih baik solat dan ngadu sama Allah.” serunya.

“Emang lu tau kalo gue suka teriak-teriak di sini."

“Astaga ini orang. Lemotnya kebangetan,” ucapnya mengusap wajah dengan kasar.
“Gue sampe hafal suara lu, tau.”

My SunshineWhere stories live. Discover now