Part. 9

19 1 0
                                    


"Kak ...." Vera menghentikan langkah Sasha yang hendak menuju kelas. Gadis itu menatap lekat pada Vera yang menatapnya dengan tatapan, entah.

"Ada apa, Dek?" Sasha memanggilnya dengan sebuah panggilan 'adik karena usia Vera beberapa tahun di bawahnya.

"Aku ada hal yang perlu dibicarakan sama Kak Sasha." Raut wajah Vera tampak ragu.

Hati Sasha bertanya-tanya, bagaimana bisa Vera tahu namanya. Dan apa yang akan dia bahas? Arash, kah?

"Tapi nggak sekarang, saya ada kelas pagi." Sasha menatap wajah Vera, ia bisa melihat dengan jelas, aura marah juga cemburu di sana.

Usai mengucapkan kalimat itu, Sasha berlalu meninggalkan Vera. Sasha menenangkan hatinya yang panas, dia harus kembali konsentrasi pada presentasi di depan dosen hari ini.

**

"Akhirnya selesai juga presentasinya," ucapnya pada diri sendiri. Sasha duduk di kursi taman yang ada di depan kelasnya. Ia meletakkan tas di meja yang terbuat dari batu, pandangannya berpendar melihat sekeliling kampus.

Dari kejauhan, nampak ia melihat seorang gadis yang ia kenal sedang berjalan berdampingan dengan Arash. Vera gadis itu. Senyum seringai Vera mengarah pada Sasha yang sedang memerhatikannya. Dengan cepat Sasha mengarahkan pandangan ke arah lain.

Sasha meraih tasnya, dan berjalan cepat menuju tempat motornya terparkir. Pulang. Pelajaran hari ini hanya presentasi, selebihnya adalah tugas kelompok dan itu belum diumumkan.

"Kak ...." Tiba-tiba Vera sudah berdiri di belakang Sasha. Gadis itu kembali meletakkan helm yang hendak ia pakai, lalu menoleh ke arah Vera.

"Maaf, lain kali saja kita ngobrol. Saya buru-buru." Sasha sudah bisa menebak tujuan pembicaraan yang akan Vera bahas. Sesungguhnya dia ingin bertanya lebih jauh hubungan dia dengan Arash, tapi itu bukanlah ide bagus.

Vera menatap Sasha dengan pandangan apa boleh buat, gadis itu melajukan motornya keluar dari lingkungan kampus.

"Ver, kamu ngapain di sini?" Arash berdiri di belakang Vera. Gadis itu gelagapan seperti maling yang tertangkap basah.

"Eh, Kak Arash. Nggak, kok. Anu ... aku ...." Vera tergagap menjawab pertanyaan Arash.

"Pacaran mulu, sih kalian. Bikin iri aja," ucap Doni teman sekelas Arash yang kebetulan lewat. Mengagetkan Arash juga Vera. Wajah gadis itu merona saat Doni mengucapkan kata 'pacaran. Doni pun berlalu meninggalkan keduanya.

"Don ... balik sama gue hayuk!" teriak Arash, dan sukses membuat langkah Doni berhenti.

"Bukannya lu mau anter balik cewek lu?" tanya Doni dengan tatapan heran.

"Aku masih ada kelas satu lagi, Kak," ucap Vera.

Doni mengangguk paham, "Ya udah. Hayuk balik, Rash." Doni menggandeng lengan Arash, dan melambai pada Vera.

Kedua lelaki itu pun berjalan ke arah parkir, "Mau ke mana?" tanya Doni.

"Ke mana aja. Gue lagi bete soalnya." Arash meraih helm yang ia gantungkan di stang motor, lalu memakainya. Doni pun melakukan hal yang sama.

"Ya udah, lu ikutin gue dari belakang aja!" seru Doni. Arash mengangguk. Keduanya pun berlalu dari kampus.

**

Matahari tepat berada di atas cakrawala, kumandang azan Zuhur terdengar, pertanda waktu solat segera tiba.

Di persimpangan jalan, lampu lalu lintas berwarna merah, Sasha mengambil jalur arah kiri dan memperlambat laju motornya, berhenti sebelum garis zebra cross. Terik panas membuat wajahnya berkeringat, ia lantas mengambil beberapa helai tissue dari tas selempang dan menyeka wajah.

My SunshineOnde histórias criam vida. Descubra agora