part.12

18 1 0
                                    

Sasha memejamkan mata. Menikmati saat hembusan angin menerpa wajahnya. Entah, gadis itu menikmati saat-saat sendirian juga ketenangan saat berada di atap gedung.

Sunyi, senyap. Gadis bermata bulat itu tertidur. Tapi pendengarannya menajam saat Sasha mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Ya ampun. Ini anak belom balik juga?"

Sasha sudah bisa menebak si pemilik suara tanpa harus membuka mata. Gadis berhidung minimalis itu tetap menutup matanya dan tidak berkomentar.

"Sha ...!" panggil Arash. Sasha tak bergeming. Ia tetap diam. Hatinya masih sakit mendengar kata 'sahabat yang lelaki berkacamata itu lontarkan beberapa saat yang lalu.

"Cewek memang aneh. Dikit-dikit marah, ngambek nggak jelas!" Seloroh Arash panjang lebar. Sasha tetap bungkam. Tidak menjawab. Biasanya Sasha akan lebih senang beradu argument dengan Arash. Tapi kali ini minat untuk itu hilang. Lelaki berhidung mancung itu paham suasana hati lawan bicaranya yang sedang tidak bagus.

"Ada yang nyariin lu, tuh!" Arash meraih bangku kayu dan duduk di sebelah Sasha.

Gadis itu membuka matanya, menatap tajam kepada si pemilik wajah. Pun dengan si hidung mancung itu sedang memandang ke arahnya. Dua pasang mata itu saling beradu pandang, Sasha merasakan jantungnya berdetak kencang, desir indah menelusup ke dalam hatinya. Pandangan mata Arash begitu teduh, membuatnya nyaman.

'Sahabat ....

Satu kata itu kembali terngiang dalam ingatan Sasha, dan membuat gadis itu membuang pandangannya ke arah lain.

"Siapa?" tanya Sasha.

"Siapa apanya?" tanya Arash.

"Dodol, siapa yang nyariin gue?"

"Tadi pas gue keluar kelas, Pak Security nyamperin ke kelas. Katanya ada seorang laki-laki nyariin cewek bernama Sasha anak akuntansi. Dan satu-satunya mahasiswi jurusan akuntansi bernama ' Sasha itu cuma lu!" Nada bicara Arash datar. Tak memedulikan lawan bicaranya yang terkejut setengah mampus.

"What? Ada laki-laki nyari gue?" Sasha kaget mendengar ucapan Arash, "Jangan-jangan, Rizal? Tapi bagaimana mungkin dia bisa tau gue kuliah di sini?" gumamnya dalam hati.

Pikiran Sasha menerka, mencari sosok yang sedang mencarinya. Kalaupun Ayahnya yang datang ke kampus, pasti akan memberikan kabar padanya terlebih dahulu. Lalu Rizal, apa mungkin itu dia?

"Kenapa bengong? Kesambet?" Arash tetap dengan gaya bicaranya yang asal dan masa bodo. Gadis berkerudung cokelat itu tak menjawab, pikirannya masih mencari jawaban tentang lelaki misterius itu.

"Sha ...." panggil Arash.

"Humm ...." Gadis itu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Boleh tau, siapa orang yang ngejar lu kemaren? Kayanya lu takut bener sama itu orang?" Arash bertanya dengan hati-hati, salah-salah bisa ngambek lagi dia.

"Bukan urusan lu!" Sasha menjawab tanpa menoleh. Wajahnya masih ia sembunyikan di balik tangannya.

"Oke, gue balik aja kalo gitu." Lelaki bertubuh tinggi itu bangkit dan berlalu meninggalkan Sasha yang masih termenung.

**

Sejak pulang dari kampus, Sasha mengurung diri di lama kamarnya. Pak Yoga memerhatikan sikap putrinya yang beberapa hari ini terlihat muram, merasa khawatir. Ditambah pola makannya yang semakin tidak bagus, biasanya Sasha yang selalu menghabiskan sisa sayur dan lauk sambil nonton televisi bersamanya, tapi kali ini, banyak makanan terbuang percuma sejak nafsu makan Sasha menurun.

My Sunshineحيث تعيش القصص. اكتشف الآن