21- Kata Maaf.

590 49 0
                                    

Selamat membaca!!

-Wily-

Vote dan komen ya, hargai usaha author:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Vote dan komen ya, hargai usaha author:)


***

Andra keluar dari ruang UKS menuju kelasnya. Cowok itu baru keluar setelah mendengar bel pergantian jam.

Langkah Andra tiba-tiba memelan, matanya menatap seorang cowok di depannya.

"Hai, Dra." sapanya.

Andra berdecih menetap cowok di depannya ini.

"Eh, tunggu deh. Muka lo..." Cowok itu menyentuh bahu Andra, membuat Andra menatap cowok itu tajam.

"Singkirin tangan lo!" Ujar Andra dingin.

"Oh..oke, santai dong."

Perlahan tangan cowok itu menurun, lalu bersidekap menatap Andra. Tatapan liciknya selalu Andra hapal, senyuman sinis dari bibir cowok itu membuat Andra muak seketika.

"Mau apa lo?" Tanya Andra datar.

Bukan tanpa sebab dia menanyakan itu, melainkan saat kaki cowok itu menahan langkahnya.

"Mau gue?" Cowok itu tersenyum lebar, sejurus kemudian raut wajahnya berubah menantang. "Mau gue? Mungkin ini kedengarannya nggak sih mudah buat lo,"

"Nggak usah basa-basi, gue cuma nanya mau lo apa?!" Andra memberanikan diri menatap mata cowok itu.

Tidak, dia tidak takut, hanya saja dia tidak ingin terjadi perkelahian di koridor sekolah ini.

"Jauhin Lira."

Dia tidak tahu kenapa saat nama Lira disebut tiba-tiba rasanya Andra tidak terima. Apalagi kata pertama sebelum nama gadis itu disebut, rasanya hati dan pikirannya sudah menolaknya secara tegas.

Andra tahu dengan siapa dia berhadapan sekarang.

Tangan Andra mencekram kerah baju seragam cowok itu dan mendorongnya kuat hingga menubruk tembok koridor.

"Jangan pernah bawa Lira dalam masalah gue sama lo!" Tekan Andra.

"Tenang, gue nggak akan bawa dia dalam masalah gue sama lo. Sayang dong, dia cewek cantik, nggak mungkin gue sia-siain gitu aja. Gue cuma mau tahu Lira lebih deket aja."

Andra tahu, semuanya kata yang keluar dari mulut cowok itu hanya omong kosong. Dia sudah hapal sifat cowok di depannya ini.

Tangan kanannya menodong di depan wajah cowok itu, terkepal menahan agar tidak mendaratkan pukulan di wajah cowok itu. Sedangkan tangan kirinya menekan dada cowok itu untuk tetap merapat ke tembok.

"Udah gue tebak. Sepenting itu ya Lira buat lo sampai lo nggak bisa jauh dari tuh cewek."

"Ini bukan masalah penting atau nggak nya! Gue temannya, dan gue nggak akan biarin lo deketin Lira, apalagi nyuruh gue jauh dari dia, itu nggak mungkin!"

Kelas Sebelah [end]Where stories live. Discover now