39- Tidak Memihak.

310 35 0
                                    

part 39.

Maaf banyak typo...
Selamat membaca!!

***

Dua Minggu ini rasanya berbeda sekali setelah kejadian dimana Andra dan Wily berkelahi hebat-- yang entah sampai sekarang belum di ketahui siapa di balik sebab dari dua cowok itu berkelahi.

Dua kubu kelas yang biasanya tenang-tenang saja kini berubah seperti perang dingin. Bahkan untuk sekedar sapa saja mereka terlihat enggan.

"Ya elah, masih berlanjut aja nih diem-dieman. Lagian gue heran yang berantem dua orang kenapa semua temen kelas pada ikutan, sih?" Apip heran setelah melihat salah satu anak kelas sebelah melintas di depan kelasnya dengan tatapan sengit.

Kelas nya dan kelas sebelah jelas menebar tatapan dingin, meski tidak semua anak, namun jelas sekali terlihat bahwa ada sesuatu di antara dua kubu kelas itu.

"Maklum, pangeran kelas sebelah yang berantem, ya nggak heran semua orang yang suka dia pada ikutan." sahut Rano.

"Itu namanya solidaritas, yang berantem di kelas satu orang lainnya pada ikutan." Aldo menambahi, ikut nimbrung meski tempat duduknya terhalang dua meja dari tempat Apip.

"Mana ada solidaritas kayak gitu!" bantah Mila yang tiba-tiba muncul, dia habis dari luar.

"Kelas sebelah sih menurut gue nggak semuanya benci, tapi mereka yang terobsesi sama Wily, jadi apapun yang Wily lakuin yang pasti mereka ngikut." lanjut Mila kemudian.

Meski Wily teman se-anggota OSIS, juga mereka yang lumayan dekat. Mila tetap terlihat tidak membela siapapun. Dia malah lebih ke tidak perduli.

Aldo molongokan kepala lebih tinggi. "Emang bener Wily benci sama Andra?" tanya nya spontan yang langsung mengundang delikan tajam dari lainnya.

Kemarin pas baru tahu, Aldo sempat heboh sendiri. Katanya menyesal waktu itu pulang duluan, jadi tidak melihat langsung perkelahian teman sebangkunya dengan anak kelas sebelah.

Lira menoleh dengan kening berkerut. Gadis itu sedari tadi hanya diam menyimak percakapan teman-temannya.

Cemerlang sekali otak teman kelasnya yang satu ini. Saking pintarnya, Mila yang barusan duduk terlihat ingin kembali berdiri dengan acang-ancang ingin melemparkan buku ke wajah cowok itu.

Tapi, tidak sadar kah Andra yang masih duduk di sebelahnya? Atau dia pura-pura lupa jika Andra teman sebangkunya?

"Aldo tuh nggak ada otak emang!"

"Katanya pinter, baca situasi aja nggak bisa,"

"Yang katanya juara kelas tapi kalau ngomong nggak nyadar situasi banget,"

Aldo meringis sendiri, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya menoleh pada Andra yang masih terlihat tenang.

Mungkin pura-pura tidak dengar atau lebih tepatnya mengindari pembicaraan sensitif ini.

"Gue denger sih cewek dibalik sebabnya mereka berantem ada di kelas ini,"

"Masa sih?"

"Nggak mungkin lah, emang siapa sih? Secantik apa coba sampe di buat rebutan gitu?"

"Ya, namanya juga cinta, mau cantik apa enggak kalau udah cinta ya nggak bisa di gugat balik."

"Bener tuh, cinta kan buta dan tuli."

"Iya sih, mereka yang keliatan akrab sama deket jadi musuhan gitu cuma gara-gara satu cewek."

Lira masih diam menyimak omongan teman kelasnya. Banyak yang menjadikannya bahan gosip meski kejadian itu sudah berlalu dua Minggu.

Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang