Ch. 06 - One After Another

5.4K 510 62
                                    

"...Xian..."

"A-Xian..."

"Xianxian, bangunlah..."

Kedua kelopak mata Wei Wuxian berkedut. Ia mengerang lemah di tempat tidurnya seraya membuka matanya perlahan, menyesuaikan pandangannya yang sudah tidak terkena cahaya untuk beberapa waktu lamanya. Butuh beberapa detik bagi Wei Wuxian untuk bisa mengenali sebuah bayangan yang ada di hadapannya itu. Bayangan yang selalu membuatnya merasa teduh.

"Ibu," panggilnya lirih. "Kenapa ibu ada di sini?"

"Untuk memeriksa kondisimu, tentu saja," jawab Cangse Sanren sambil membantu putranya untuk bangkit duduk di tempat tidur.

"Ah, benar juga. Apakah aku baik-baik saja? Sudah berapa lama aku pingsan?"

"Sebenarnya tubuhmu hanya kelelahan karena harus mengeluarkan banyak energi untuk menekan segel kutukan yang kini tandanya ada di lehermu sementara sebagian energi lainnya digunakan untuk menekan segel yang ibu ajarkan padamu," jawabnya. "Segelnya tidak bisa hilang, hanya saja ibu telah mencobanya dan sepertinya tidak akan membahayakan nyawamu juga tidak akan kambuh sewaktu-waktu sehingga kau tak perlu khawatir. Hanya saja, kau harus makan dan istirahat yang cukup agar kau bisa mempertahankan energi qi mu untuk mengatur pembagian energi di segel kutukan itu dan di segel pheromone yang ibu turunkan."

"Makanlah. Pulihkan tenagamu agar kau bisa menetralkan aliran energi di seluruh tubuhmu," tutur Cangse Sanren sekembalinya dari mengambil makan malam untuk Wei Wuxian.

"Suapi~~" rajuk Wei Wuxian.

Cangse Sanren menyentil dahi Wei Wuxian gemas. "Kau ini umur berapa, huh?"

"Tiga tahun." Dan keduanya pun tertawa renyah.

"Sepertinya putraku baik-baik saja, hm?" Sapa Wei Changze dari pintu kamar Wei Wuxian.

"Ayah!"

"Kau sudah makan, suamiku?"

"Sudah, sayang. Tadi Jiang Fengmian mengajakku untuk makan malam bersama dengan keluarganya," tuturnya sembari berjalan mendekat ke kasur putranya dan duduk di pinggiran ranjang tersebut. Sambil menikmati pemandangan isterinya yang menyuapi putranya, kedua tangannya bergerak di kedua kaki Wei Wuxian, memijatnya pelan.

"Besok kami harus harus sudah pulang."

"Secepat itu?"

"A-Xian, telan dulu makananmu."

Wei Changze terkekeh. "Tentu saja. Untuk apa kami menitipkanmu di sini kalau kami ikut tinggal? Yang ada kau hanya akan semakin manja." Godanya yang membuat Wei Wuxian memanyunkan bibirnya.

"Astaga anak ini, buka mulutmu dulu, a-Xian."

"Kau tidak khawatir akan terjadi sesuatu hal yang buruk pada putramu yang cantik ini?" Serang Wei Wuxian dengan puppy eyes andalannya. "Bagaimana kalau ada alpha yang menculikku? Atau berusaha melukaiku karena aku tidak mau kawin dengannya?"

"Jangan mengada-ada," jawab Wei Changze yang membuat Wei Wuxian makin merajuk.

"Ayah dan ibu masih mengawasimu tentu saja, tapi tidak sedekat ini," tutur Cangse Sanren sembari merapikan piring dan gelas kotor yang digunakan Wei Wuxian untuk makan malamnya.

"Jadi kapan kalian berangkat?"

"Besok pagi."

"Kalau begitu tidurlah di sini, temani Xianxian."

Satu minggu telah berlalu sejak Wei Wuxian memberangkatkan kedua orang tuanya di dermaga Yunmeng, Wei Wuxian kembali mengikuti pembelajaran dengan sumringah seperti biasanya. Tak ada guratan rasa sakit atau khawatir, seolah ia lupa bahwa beberapa waktu lalu, sesuatu yang buruk sempat menimpanya. Sifat jahil dan merajuknya pun kembali merecoki Jiang Cheng yang membuat beta itu, untuk sejenak, berharap Wei Wuxian pingsan saja atau setidaknya hanya lumpuh dan berbaring seharian di kamar agar tidak mengganggunya.

The Unrivalled BeautyOn viuen les histories. Descobreix ara