[41] harapan dan kenyataan

2.9K 141 14
                                    

• • •


Pangeran menyandarkan tubuhnya pada sofa ruang inap Ratu. Memejamkan matanya sembari mendongakkan kepalanya kearah langit - langit ruangan itu.

Mengatur nafasnya yang memburu dan menahan air matanya yang ingin meluruh. Padahal matanya sudah memanas, tapi Pangeran tak ingin dikira lemah karena menangis perihal cinta.

"Bang," panggil Ratu dengan suara lirihnya. Mau tak mau Pangeran kembali membuka matanya dan segera menghampiri sang adik yang terbangun dari tidurnya.

Pangeran mengambil air mineral yang berada di atas nakas sebelah kasur Ratu. Lalu menyodorkan minum tersebut kepada Ratu yang tenggorokannya pasti kering.

Dirasa cukup, Pangeran pun meletakkan gelas kembali ketempat asalnya. Ia pun memilih duduk di sebelah kasur Ratu dan menggenggam jemari kurus adiknya dengan begitu erat.

"Kenapa, Tu?"

Ratu tersenyum lembut. Ia tau, Pangeran pasti sedang dalam kondisi terlalu banyak pikiran. Memikirkan kondisi adiknya yang kian memburuk, ditambah hubungannya dengan Rosella yang sudah berada diujung tanduk.

"Capek ya?"

Pangeran terdiam. Ratu selalu mengerti perasaannya, selalu peka terhadap apa yang sedang ia alami sekarang. Sedangkan Pangeran? Adiknya sakit parah saja ia tidak tau. Payah.

Pangeran hanya menampilkan senyum simpul dan menggeleng pelan, "Enggak lah, Tu. Gak ada kata capek dalam kamus gue."

Mendengar lontaran candaan dari sang kakak membuat Ratu terkekeh pelan. Lucu rasanya ketika melihat sang kakak berusaha tersenyum padahal hati sedang ribut ingin melebur. Pembohong.

"Mau denger sedikit kata pembangkit semangat dari gue, Bang?"

Pangeran menatap Ratu sendu. Adiknya sungguh sudah dewasa sekarang. Lihat, bahkan ia sudah bisa memberinya kata penyemangat. Bagaimana bisa Pangeran melewatkan pertumbuhan sang adik yang luar biasa?

"Boleh."

"Gue tau lo pasti sekarang lagi dihadapi dua pilihan, antara keluarga dan cinta. Iya kan?"

Pangeran hanya diam sambil menatap manik mata Ratu yang indah bagai permata dengan kagum. Adiknya cenayang ya?

"Bang, yang namanya keluarga dan cinta itu bukan bagian dari pilihan. Tapi, mereka itu bagian dari kehidupan. Kalau diantara keduanya gak ada di kehidupan lo, seratus persen lo bakal hampa."

Pangeran hanya diam membisu. Mendengar setiap kata - kata yang terlontar dari mulut adiknya sukses membuat hatinya bergetar kalut.

"Selagi masih bisa, ya perjuangin. Bukan malah diam terus ditinggalin. Sakit kan?"

Pangeran menunduk. Mengusap tangan adiknya dengan begitu lembut, seolah sedang menyalurkan rasanya bersyukurnya karena memiliki adik se istimewa Ratu.

Sesuai dengan namanya, Ratu. Istimewa.

"Dek—"

"Gue seneng banget setiap kali lo panggil gue adik, berasa sekarang gue udah dianggap dikehidupan lo."

Jleb.

Kalimat itu tepat sasaran sekali. Menusuk kedalam relung hati Pangeran yang paling dalam. Ya, Pangeran sadar diri akan perlakuan dirinya selama belasan tahun ia hidup kepada Ratu.

BAD PRINCE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang