ix

15K 2.5K 206
                                    

"Hati-hati pulangnya. Jangan rebutan odong-odong. Begitu sampe kos jangan lupa ngabarin."

Saka tampak berpikir sebentar sebelum melanjutkan. "Kamu nggak apa-apa, kan? Apa mau nunggu aku selesai eval dulu?"

Yashinta menggeleng. "Nggak usah. Kan, bareng Laras sama Farii. Mereka nginep di kos aku, kok," jawab gadis itu.

"Nanti juga pasti banyak yang jalan, Ka. Nggak apa-apa. Dulu waktu zaman maba juga sering pulang malem," timpal Laras mendukung pernyataan Yashinta.

Saka masih terlihat bimbang, tampak berat untuk membiarkan ketiga gadis itu pulang sendiri tengah malam begini. Laras mesem-mesem menyaksikan bentuk afeksi tersebut. Raut wajah Saka yang digelayuti kekhawatiran dan pipi Yashinta yang bersemu merah samar. Yashinta yang makin cantik kalau sedang jatuh cinta, Laras jarang melihatnya.

"Sebentar, aku tanya teman dulu. Kali aja ada yang bisa nemenin kalian," kata Saka sambil mengeluarkan ponsel, lalu mengetik sesuatu. Laras punya firasat bahwa teman yang dimaksud ini adalah Rahdian.

Waktu Saka mengangkat wajahnya dari layar ponsel, dia tampak lebih lega." Orangnya lagi ke sini. Tau Rahdi, kan, Yas? Dia kos di Sayang. Nggak jauh sama kosan kamu."

Nah, kan. Tebakan Laras benar.

"Laras juga kenal Rahdi," celetuk Yashinta. Laras tidak mengoreksinya. Ia tidak kenal dengan Rahdian, sekedar tahu nama dan muka saja.

"Oke, oke. Makin baik kalo gitu. Sebentar, woy! Di!" Saka melambai-lambaikan tangan, memberi isyarat di tengah-tengah ramainya orang yang berjalan keluar dari lokasi konser. Rahdian dengan kamera terkalung di leher melambai balik, di belakangnya Yanu mengekor.

"Nitip jagain cewek gue ya pulangnya," kata Saka tanpa pendahuluan. Rahdian yang baru sampai belum sempat menyapa menghela napas.

"Nitip nitip. Lo ngomong gitu gak takut apa cewek lo gue sikat," balas Rahdian. Laras dan Farii menahan tawa. Yashinta memejamkan mata, sudut bibirnya bergerak-gerak. Yanu terbatuk kecil. Sementara Saka tampak berpikir keras.

"Kalo gitu lo jagain temennya cewek gue," kata Saka pada akhirnya. Rahdian tertawa-tawa.

"Nah, gitu dong," tanggapnya riang.

"Kenapa, biar bisa disikat?" sahut Farii. Laras mendengus saking gelinya. Ada-ada saja.

"Emang yakin teman-temanku nggak ada pawangnya?" Kali ini Yashinta yang ikut-ikutan menggoda pemuda jangkung tersebut. Rahdian malah makin keras tertawa.

"Bercanda, atuh, Teh. Mana berani saya main sikat-sikatan," katanya.

"Gigi lo perlu disikat." Gumaman Yanu pelan, namun cukup bisa didengar. Rahdian cuma terkekeh.

"Ya udah. Kami duluan, ya, Ka."

"Beneran anterin sampai kosan, ya. Kalo kenapa-kenap—"

"Hus! Ngomong dijaga, Pak." Omongan Saka dipotong oleh Yashinta segera. Saka melirik ke arah pacarnya, menyengir kuda.

"Iyee iyee, Neng. 'Kan Akang kuatir gitu ceritanya."

***

Odong-odong kampus tidak seperti odong-odong yang biasa di temukan di pasar malam maupun taman hiburan. Kendaraan gandeng dua tersebut dicat biru membosankan, dengan tulisan nama universitas dan sponsor yang mengadakannya dicetak besar-besar. Biasanya, mode transportasi dalam kampus ini bisa ditemui beroperasi dari pukul tujuh pagi hingga pukul empat sore. Di saat-saat khusus, angkutan ini bisa di-carter untuk keperluan kampus. Contohnya saat ini. Panitia konser jurusan Saka memang memesan odong-odong sebagai alat transportasi para penonton konser yang datang tanpa kendaraan pribadi. Lumayan, tidak perlu berjalan kaki dari gerbang kampus-lapangan gedung biru-gerbang kampus lagi.

Parade NgengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang