xxviii

12.4K 2.2K 177
                                    

Selamat pagi, Teh Laras. Ini Ezra Kimia 2016

Laras yang tengah berdiri di depan cermin toilet mengernyitkan kening pada sederet pesan yang baru masuk. Gadis itu membalasnya dengan Oke singkat dengan dua e agar tidak terkesan kaku. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu beranjak menuju lobi di mana ia meninggalkan laptopnya.

"Roni!" panggilnya pada pemuda yang duduk di lobi sambil mengetik sesuatu di laptopnya.

"Apa lagi," desah Roni saat Laras duduk di sampingnya.

"Lu yang ngasih kontak gue ke Ezra, ya?" tuntut Laras sambil menghadap pemuda itu.

"Iya?"

"Ngapain sih, lu? Kurang kerjaan?"

"Ya kali aja, Ras. Ada perlu," Roni memberi alasan.

"Perlu apaan?" kejar Laras.

"Mana gue tahu? Kali aja lo mau direkrut jadi timses dia nyalon Ketua BEM fakultas," kata Roni asal. Laras memicingkan mata.

"Ngigau lu. Ikut BEM aja kagak gue," gerutu Laras. Lagi pula, pemilihan Ketua BEM sudah lewat.

"Emang dia ngontak lo gimana?" Kini Roni jadi penasaran. Pemuda itu mendorong laptopnya menjauh, menumpuk buku-bukunya menjadi semacam bantal sebelum ia meletakkan kepalanya di atas tumpukan buku tersebut.

"Cuma sebut nama dan angkatan doang. Aneh banget nggak, sih?"

"Ya tungguin aja ntar juga dikasih tahu. Lo repot amat dah, jadi orang."

"Ezra cakep." Farii yang tiba-tiba datang menjatuhkan komentar. Gadis itu meletakkan kotak styrofoam berisi basreng di meja.

"Setuju," gumam Laras. Ia tidak tahu banyak tentang Ezra kecuali info yang didapatnya dari hasil mencari tahu lewat Instagram. Anak PSDM BEM fakultas yang ternyata cukup eksis.

"Bilang gitu tapi lu anggurin, cih. Dasar wanita," Farii mendecih geram.

"Kapan gue anggurin?"

"Pas kemarin dia nyapa lu malah nyapa yang lain," kata Farii mengingatkan. Oh, yang waktu itu. Waktu ia malah menyapa Yanu.

"Apaan, gue nyapa sifatnya universal, ya." Laras masih mencoba berkilah.

"Susah ngomong sama lu, bisa aja ngelesnya," sungut Farii kesal.

"Jadi lo sama Yanu, Ras?" Roni ikut menimbrung dengan topik baru.

"Apaan? Kagak?" ujar Laras kaget akan pertanyaan itu.

"Bukannya kalian pedekate udah lama? Anjir, mau aja lo digantung," celetuk Roni. Laras jadi pusing mendengarnya.

"Siapa yang pedekate? Lu jangan asal menyimpulkan, Ron," sergah Laras. Memang benar mereka tidak melakukan pendekatan. Kalau akhirnya Laras jadi suka, itu persoalan lain. Lagi pula, Yanu menyukai orang lain.

"Lah. Bukannya kalian dekat, ya?" tanya Roni heran.

"Soalnya dia satu frekuensi ngomongin buku nggak kayak lu berdua langsung ilang sinyal," sambar Laras tak sabar. Roni dan Farii kompak menyengir kuda. Farii masih mending, kadang membaca novel yang sedang tren. Yashinta lebih suka menonton daripada membaca. Roni lebih suka main basket dan futsal.

"Tapi ngomongnya aku-kamu," celetuk Farii. Laras tertawa sumbang.

"Emang kan, gue kalo ngomong gitu." Memang, Laras lebih sering menggunakan kata ganti aku-kamu dibandingkan kata ganti prokem. Kalau dipikir-pikir, Laras hanya menggunakannya saat ia berbicara dengan Farii dan Roni.

Parade NgengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang