POSSESIVE BROTHERS | Part 3

115K 8.2K 195
                                    

—————

Playlist: Falling - Trevor Daniel

—————

Steela berdiri gugup saat merasakan tatapan intens yang terarah padanya. Mereka saling terdiam lama sebelum gadis itu memecahkannya,

"..Kak?"

Tanpa menjawab, keduanya langsung memeluk Steela dengan sangat erat.

"S-sesak.." keluh Steela.

Mereka berdua akhirnya menjauhkan diri sebelum menatap gadis itu ragu, "Ini sungguhan?"

Salah satu dari mereka menarik Steela masuk sementara yang lainnya menutup pintu, wajahnya di tangkup oleh sepasang tangan. "Auri.." Dada Steela berdesir karena tatapan lekatnya.

Lelaki itu memeriksa lengannya dan menemukan sebuah tanda lahir, ia menatap orang disampingnya.

"Arkan.. dia nyata.." ucapnya tak percaya.

Lelaki yang dipanggil Arkan itu menatapnya lama—seolah mencari sesuatu, sebelum mencium kedua pipinya.

"Princess-nya kakak sudah kembali." Dia mengukir senyuman lebar.

Lelaki yang ia duga bernama Aksa, mengerang pelan dan mengangkat tubuh Steela, mendaratkannya di atas kasur.

Menarik gadis itu mendekat hingga Steela bisa mendengar detak jantungnya, "Apakah ini mimpi?"

"Selama ini, kau kemana saja?" Arkan bertanya.

Steela menatap keduanya lama sebelum mulai menjelaskan, mengalirlah cerita gadis itu mengenai hidupnya. Termasuk kejadian yang mempertemukannya dengan kedua orang tuanya.

Steela menyaksikan ekspresi kedua kakaknya yang kerap berubah, dan di akhiri dengan tatapan sendu.

"Kami sangat merindukanmu. Sejak hari itu, semuanya berubah." Suaranya sarat akan kesakitan.

Keduanya mendekap sang adik, sedangkan sang empu hanya terdiam menikmati kenyamanan itu.

"Sebenarnya, kakak tidak sabar untuk mempertemukanmu dengan yang lainnya. Mereka-lah yang berubah paling drastis. Terutama Savier, ia sangat menderita." Arkan memasukkan kepalanya di ceruk leher Steela.

Ia menahan seolah takut jika melepasnya sebentar saja Steela akan kembali pergi meninggalkan mereka,

"Kami menyayangimu, Auri.." ucap mereka bersamaan.

Steela sedikit mengernyit atas nama yang masih asing di telinganya, tapi ia terlalu lelah untuk peduli saat perasaan ngantuk kembali menguasainya.

***

Suara ketukan mengisi keheningan di kamar tersebut. "Aksa, lo di dalam?"

Karena tidak mendapat jawaban, lelaki itu masuk dan terkejut disuguhkan pemandangan kedua adiknya yang memeluk sesosok gadis.

Bukan hanya pelukan itu yang menarik perhatiannya, melainkan wajah gadis yang samar ia kenali beberapa tahun lalu—membuat lelaki itu menggeleng tidak percaya.

Langkahnya bergerak mendekat hingga makin terlihat jelas-lah wajah adik yang selalu ia rindukan setiap waktu.

Tubuhnya bergetar pelan dengan perasaan bergejolak, "Auri.."

Tangan gemetarnya terulur untuk mengusap lembut pipi Steela sampai gadis itu membuka matanya.

Pandangan mereka bertemu seperti menghantarkan sengatan listrik pada keduanya. Steela menajamkan penglihatannya, ia sepertinya mengenali lelaki tersebut.

"Kak.. Farren?" Panggilnya ragu,

Farren yang mendengar namanya dari bibir sang adik merasakan rasa senang yang tak terhingga, ia mengangkat tubuh Steela dengan hati-hati, melepaskan pegangan adik kembarnya pada tubuh gadis itu.

Steela yang merasakan tubuhnya melayang memekik tertahan agar suaranya tidak mengganggu tidur Arkan dan Aksa.

Saat sudah dekat, Farren langsung meraih sang adik. Merengkuhnya erat seakan tak ada lagi hari esok.

"Ini pasti hanya halusinasi."

Farren semakin mengeratkan pelukannya, ia melepasnya sejenak dan memandangi struktur wajah Steela yang terlihat semakin dewasa.

Steela yang bingung hanya mengerjap lucu membuat Farren tidak tahan untuk mencubit pipinya.

"Princess, selama ini.. kau kemana?" Sekali lagi, mengalirlah cerita dari mulut Steela—persis dengan yang ia ceritakan sebelumnya.

"Kau masuk rumah sakit?!" Dengan panik, Farren mencari jejak luka ataupun memar di tubuh adiknya.

Steela tersenyum geli, "Aku sudah tidak apa-apa, Kak. Dokter sudah mengurus luka ku." kekehnya, yang diikuti helaan nafas lega dari lelaki itu.

Kakaknya menggapai lengannya, mengajaknya keluar, "Tunggu sampai Savier tahu kau kembali." Farren menuntun Steela menuju taman belakang.

"Savier sering bermain basket disini, sepertinya hari ini dia sedang malas." jelasnya.

"Kalau begitu, kita bersantai saja disitu." Farren menarik gadis itu menuju bangku yang menghadap pada taman.

Steela duduk duluan dan Farren mengistirahatkan kepala di paha adiknya, angin sore berhembus pelan membuat rambut Farren menutupi sebagian wajahnya.

Tangan Steela bergerak menyingkirkan beberapa helai hitam itu, hingga Farren membalikkan kepalanya berhadapan dengan perut adiknya.

Dengan senyuman jahil, tangannya menggelitiki perut Steela hingga gadis itu tertawa.

Ia terbahak, mengusap air di sudut matanya. "Kak Farren! Hentikan!"

Farren berhenti tak lama kemudian membuat Steela mengatur nafas dengan sisa tawanya.

Lelaki itu bangun dan merapikan surai Steela yang berantakan, "Itu hukumanmu karena sudah pergi dan meninggalkan kami selama ini, Auri."

"Kenapa kalian semua memanggilku Auri?"

"Memangnya namamu siapa?" Farren menduga orang yang selama ini bersama sang adik memberikan nama baru untuknya.

"Ibu memanggilku Steela." Farren menatapnya lama dan memeluknya.

"Auristeela nama yang indah." Farren mengangguk-anggukkan kepala membuat Steela kegelian.

Sedari tadi, sepasang suami-istri menatap keduanya dengan penuh haru. Mereka beruntung dipertemukan dengan putri mereka lagi.

Keduanya berharap setelah ini, semua akan kembali normal bahkan lebih baik lagi.

***
26-01-2020

Possesive Brothers✔️जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें