POSSESIVE BROTHERS | Part 7

102K 7.1K 316
                                    

—————

Playlist : Trouble Is A Friend - Lenka

—————

Steela merasa tubuhnya melayang, matanya terbuka menyadari keberadaannya sekarang, di rumah keluarga aslinya.

Terlihat Arkan menggendongnya, lelaki itu menurunkan tubuhnya yang mulai seimbang sehabis bangun tidur.

"Semua barangmu sudah sampai. Selamat malam, Princess." Arkan mencium pipinya sebelum melangkah keluar.

Steela segera melakukan ritual malamnya, gadis itu terpukau melihat berbagai macam pakaian yang telah terisi di lemarinya.

Setelah berpakaian ia membawa langkahnya ke arah balkon, ia menatap langit bertabur bintang yang terlihat bercahaya di tengah gelapnya malam, lalu pandangannya pindah pada sang rembulan.

Tanpa sadar, semua memorinya bersama Mira seakan berputar kembali dalam benaknya, dan itu membuatnya sesak.

Setetes kristal bening kembali meluncur bebas dari kelopaknya.

Steela segera menghapusnya, ia sudah bertekad bahwa ia tidak akan lagi menangis dan membuat ibunya bersedih.

Steela menekuk kakinya ke arah dada lalu memeluknya, dinginnya udara malam membuat kulitnya meremang.

Sebuah lengan melingkari pundaknya dari belakang. "Tak bisa tidur?" terdengarlah suara Savier.

Steela mengangguk, "Aku memikirkan banyak hal, Kak." Savier mengeratkan pelukannya.

"Ayo masuk, kakak tidak mau kau sampai sakit." Steela membiarkan lengannya di tarik pelan, Savier membaringkan tubuh mereka berdua dan lanjut memeluk sang adik, membenamkan kepalanya di ceruk lehernya.

"Kakak.. minta maaf," Steela mengernyit mendengar kalimat tersebut tapi tetap tak bersuara.

Suara Savier melirih, "Ini tentang sarapan kemarin."

Wajah mereka yang berhadapan membuat Steela dapat melihat raut penyesalan di mata kakaknya itu. Dengan cepat, Ia mengecup pelan pipinya membuat Savier terkejut.

"Aku tidak apa, Kak. Lagipula aku lumayan terbiasa merasakannya."

Savier berkerut mendengar penuturan gadis itu, "Apa maksudmu?"

Steela yang menyadari perubahan nada suara Savier lalu menelan ludah gugup.

"Hanya masalah kecil sewaktu aku bekerja. Tidak ada yang penting." ia berusaha menenangkan Savier yang kini menatapnya tajam,

"Ceritakan semuanya, Auristeela." Nada suara Savier terdengar lembut namun mengancam.

Steela menghela berat dan menceritakan apa yang terjadi padanya selama ini.

Bekerja menjadi pembantu hingga di ejek sebagai anak haram karena ketidakmiripan antara ia dan sang ibu. Lalu dia yang akhirnya terkena kecelakaan sampai bertemu dengan Satrio dan Anne.

Savier mengepalkan tangannya marah mendengar cerita Steela. Namun, ia malah memeluk gadis itu dengan sangat erat membuatnya sedikit sesak.

"Kakak bahagia akan kehadiranmu disini, aku tidak sanggup mendengarmu hidup sengsara seperti tadi." Pandangan Savier melembut.

"Mulai sekarang, katakan padaku jika ada yang mengganggumu. Akan kupastikan membuat mereka menyesal." Steela hanya bergumam pelan.

Savier tersenyum kecil, "Night, lil sister." Savier berujar sambil mengelus punggung Steela.

"Night.." Balas gadis itu merasa nyaman.

Setelah memastikan adiknya terlelap, lelaki itu mengecup keningnya dan bangun untuk kembali ke kamarnya.

***

"Pagi!"

Steela tiba di meja makan, ia segera menduduki salah satu kursi.

"Selamat pagi, Auri!" Ketiga kakaknya menjawab, kecuali Savier. Lelaki itu hanya tersenyum tipis.

"Semalam tidurmu nyenyak?" tanya Satrio yang di balas anggukan oleh gadis itu.

Steela memperhatikan pakaian yang digunakan oleh Farren, Arkan, dan Aksa. Terlihat berpikir keras.

"Kenapa menatap kakakmu seperti itu?" Anne bertanya penasaran.

Steela akhirnya mengingat dimana ia pernah melihatnya, "Kakak sekolah di International Diamond High School?" tanyanya, menangkap logo berlian biru di kantong seragam ketiganya.

"Iya sayang, itu sekolah milik Daddy." Satrio menjawab. "Kami juga berencana akan memasukkanmu disana, bagaimana menurutmu?"

"Iya!! Sekolahkan saja disini!" Aksa menjawab dengan semangat.

"Betul! Kami yang akan menjaga Steela. Kan, Farren?" Arkan bertanya, memasukkan potongan roti ke mulutnya.

"Panggil kakakmu dengan benar, Arkan!" Lelaki itu nyengir mendengar teguran sang ibu.

"Seantusias apapun kalian, keputusan tetap berada di tangan Steela. Bagaimana, nak?" Satrio kembali menatap Steela.

Semua kini memandang gadis itu penasaran, hingga ia menganggukkan kepalanya membuat Aksa meninju tangannya ke udara, "Yes!!"

"Baiklah, Daddy akan mendaftarkanmu disana." Steela mengangguk setuju.

Sedetik kemudian, Anne memekik marah pada ketiga anaknya. "Kalian sudah telat, cepatlah berangkat!" Ketiganya membulatkan mata tidak percaya.

Farren melihat jam dan langsung berlari panik diikuti kedua saudaranya. Tidak lama, suara deru motor terdengar menjauh.

Setelah beberapa menit, Satrio dan Anne sudah naik ke atas meninggalkan Savier dan Steela.

Steela melangkah ke sofa dan duduk dengan nyaman disana. Sebuah kotak disodorkan padanya, Steela melirik dan mendapati Savier yang menatapnya seolah menyuruh untuk membuka kotak tersebut.

Steela pun membukanya, itu adalah ponsel. Matanya kini menatap Savier takjub, mendapati lelaki itu tersenyum puas melihat ekspresi adiknya.

"Ini untukku?" Steela bertanya dengan tidak percaya, harga ponsel ini pasti sangat mahal.

"Tentu, anggap saja hadiah kecil."

Ia ikut memperhatikan saat Steela menyalakan benda pipih itu dan melihat bahwa kontak keluarganya sudah tersedia.

"Kau menyukainya?"

Steela mengangguk, "Sangat, terima kasih kak!"

***
09-02-2020

Possesive Brothers✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن