POSSESIVE BROTHERS | Part 11

85.5K 6K 74
                                    

—————

Playlist : Black Magic - Little Mix

—————

Bel pulang berbunyi nyaring diikuti sorakan para murid yang kini sibuk merapikan barang masing-masing.

     "Eh, maksud lo tadi apa?" Raka bertanya tidak sabaran.

     "Lo berdua serius?" Sion menimpali sambil menghadap ke arah kembaran itu.

     "Gak, gue bercanda." Arkan menjawab sebal, menyesal memberitahu kedua manusia lalot dihadapannya.

     "Mana yang bener sih." Raka mengacak rambutnya kesal.

     "Mending lo ikut kita aja." Aksa berkata gamblang, menghiraukan Arkan yang melayangkan tatapan protes kepadanya.

Sion dan Raka yang mendengarnya mengangguk setuju.

Mereka berempat jalan bersama melewati kerumunan yang bersisian. Semua tatapan tetuju pada keempat orang itu, terutama kedua lelaki yang sudah dikenal seantero sekolah.

     "Gue emang ganteng. Tapi kalo udah bareng ni berdua, mengaku kalah gue." Sion merangkulkan tangannya di bahu Aksa.

***

     "I-ini milikmu.." Steela berucap gugup sambil menyodorkan kain yang tadi diberikan oleh lelaki itu.

     Sang empu berbalik dan menatap lama kain tersebut sebelum mengambilnya, "Hm."

     "Dan.. terima kasih untuk yang tadi." Kini tatapan mereka bertemu dan terbit senyum kecil di bibir lelaki itu.

     "Boo!"

Steela berjengit kaget saat pundaknya ditepuk dari belakang. Berbalik, ia mendapati wajah jahil Aksa, lalu Arkan dan kedua orang lagi yang asing baginya.

Tatapan Aksa pindah ke arah lelaki yang menatap tanpa ekspresi, sepertinya sedang mengobrol dengan adiknya.

     "Siapa ini?" Arkan bertanya mendahuluinya dengan tatapan penuh selidik.

     "Dia teman sebangkuku, Kak. Kami sedang mengobrol ringan." Steela menelan ludah menyadari aura Arkan yang tak biasa.

     "Gua pergi dulu." Lelaki itu melangkah santai melewati Steela dan lainnya, membuat gadis itu lega.

Awalnya dia kira ia akan melaporkan kejadian tadi pada kakaknya. Bisa gawat kalau itu terjadi, masalah sebelumnya sudah sangat cukup.

     Wajah Arkan masih muram, "Kakak akan menyuruh wali kelasmu untuk memindahkan bang-"

     "Ah, Auri! Perkenalkan, ini Raka dan Sion." Aksa memotong perkataan kakaknya untuk mencairkan suasana. Steela tersenyum sopan pada keduanya.

     "Lu berdua, kenalin, Auristeela Allisha Bagaskara, adik kami." Aksa menaik-turunkan alisnya menggoda.

     "Sejak kapan?!" Raka bereaksi dramatis.

     Sion memilih mendekat dan menatap lekat wajah Steela sambil mengetuk dagunya, "Dia lebih mirip kak Farren."

     "Gue mirip apanya?" Aksa mensejajarkan wajahnya dengan Steela.

Sion menganalisis dengan teliti, matanya menyipit kala menatap kedua wajah itu dengan seksama.

     "Sa, kayaknya lo anak pungut deh." Raka berkomentar sambil menatap Aksa horor.

     "Yakali!" Aksa tidak habis pikir dengan otak Raka—jika memang iya, mukanya hanya beda sedikit dengan Arkan, mana mungkin ia anak pungut?!

     "Oh, Farren." Arkan menyapa kakaknya yang baru masuk dan dibalas anggukan.

     "Yuk udah waktunya pulang!" Aksa dengan semangat meraih tangan Steela untuk melangkah keluar kelas.

     "Gue balik duluan." Sion menepuk pundak Arkan dan beranjak pergi diikuti Raka.

Arkan dan Farren segera menyusul, membuat keempatnya kembali berjalan bersama.

Tidak sedikit pandangan tajam dilayangkan kepada Steela membuatnya teringat kejadian dikelas membuat perasaannya berkecamuk.

***

"Kak Savier!"

Steela melompat dan memeluk kakak tertuanya yang baru pulang dari kantor, Savier spontan menangkap tubuh mungil adiknya.

"Hati-hati, princess!" Savier menegur adiknya itu yang di balas cengiran.

"Aku rindu kakak, hehe.." cengirnya. Savier menggeleng gemas, ia tidak akan pernah bisa marah pada itu.

     Bibirnya mengecup puncak kepala sang adik dan menurunkannya. "Mandi sana, kau bau." Savier terkekeh melihat wajah cemberut Steela.

Tentu saja ia hanya bercanda, adiknya itu memiliki wangi bayi yang menenangkan.

Steela menurut dan naik ke lantai untuk berbasuh badan.

***

     "Bagaimana hari pertama sekolah?" Anne bertanya pada anak bungsunya,

     "Seru! Aku mempunyai banyak teman baru." Dusta Steela, tidak ingin membuat keluarganya khawatir.

     "Termasuk lelaki yang tadi mengobrol denganmu?" tanya Arkan, Membuat pandangan Savier dan Farren terarah pada Steela.

     "Lelaki?" Farren mengerutkan kening.

     Aksa mengangguk, "Udah pergi pas lu datang."

Savier menatap Steela menyelidik membuat gadis itu meneguk ludahnya susah payah.

     "Siapa dia?" Savier bertanya dingin, menggantikan suasana hangat di meja makan itu.

     "Hanya teman sebangkuku, Kak." Jawaban Steela membuat Savier memicingkan mata tak suka.

     "Kakak akan memecat wali kelasmu, bagaimana bisa dia menyuruhmu sebangku dengannya?" Savier mengambil ponsel membuat Steela panik.

     "Tenanglah, Savier." Satrio menghentikan niat anak tertuanya itu. "Mereka hanya mengobrol, kontrol dirimu."

     "Tapi," Savier mengelak tidak terima, ia menatap Satrio dengan pandangan protes.

     "Daddy-mu benar, sayang. Lagipula, bagus kalau Steela punya teman lelaki di kelasnya. Ada yang akan melindunginya selagi kalian tidak ada." Anne ikut menasehati anak sulungnya.

Kini keempatnya mengernyit, bagi mereka tidak ada yang boleh mendekati Steela, kecuali mereka.

Akhirnya mereka kembali makan tenang dan melupakan sejenak masalah tadi.

Anne dan Satrio tersenyum maklum. Meskipun berlebihan, keempat putra mereka hanya ingin melindungi sang adik.

***
23-02-2020

Possesive Brothers✔️Where stories live. Discover now